“…..
Rara XII IPA III oke itulah Sembilan pemain yang terpilih,bagi kalian yang tadi
saya panggil harap hadir besok untuk latihan kembali” begitulah kira-kira
kalimat terakhir Pak Bayu. Yang membuatku terlonjak kaget ketika namaku
disebut. Ternyata dugaanku kali ini salah, tidak ada diskriminasi disini.
“Raraaaa… tunggu!!” panggil Randy. “selamat ya,gue bilang
juga apa lu pasti bisa” sambung Randy dengan oh Tuhan senyuman itu lagi.
“makasih ya Ran” hanya itu yang bisa ku ucapkan,mataku masih tertuju pada
segaris senyum yang selalu membuat jantungku tidak stabil. “besok elu gaperlu
bawa motor,gue yang jemput elu ya?” okey kali ini Randy berhasil ngebuat
jantungku tambah ga stabil. “hah lu seriusan Ran?emang lu tau rumah gue?”
seakan tersadar dari lamunanku,Randy tertawa kecil “serius dong,maka dari itu
gue mau minta nomer handphone elu,biar nanti elu bisa ngirim alamat rumah lu
sama gue!okey?” shiiit! Saat itu aku merasa seperti orang bodoh,ya aku masih
terlarut dengan khayalanku sehingga membuat aku ngaco seperti ini. Aku pun
memberikan nomor handphone ku dan kami pun berlalu.
***
Suara bel rumahku pun berbunyi, “Randy” batinku. Aku pun
berlari membuat mamah terheran-heran melihat tingkahku “Raraa awas jatuuuh”
teriak mamah. Seakan tak menghiraukan teriakan mamah aku pun tetap berlari dan
membuka pintu, “hei Ran,kamu ga kecepetan nih jemput aaa..kuu” mataku
terbelalak,tenggorokanku membeku,jantungku berdetak kencang tapi bukan seperti
ketika aku melihat senyuman Randy ini detakan yang lain, detakan yang dulu
selalu membuat aku nyaman,detakan yang dulu pernah juga menghancurkanku.
“hei Ra” pria itu menyapaku dengan senyuman yang tidak
asing dimataku. “Raihan?ngapain kamu disini?” Entah kenapa waktu seperti kembali
ke masa lalu. Ke masa indah tapi endingnya tak seindah yang ku harapkan.
“bisa ga aku masuk dulu Ra?” jawab sosok yang ada di
hadapanku dengan entengnya. Akupun membuka pintu dan mempersilahkan dia masuk.
“pertanyaan gue belom elu jawab!” seolah tersadar dari
khayalanku.
“aku mau minta maaf Ra sama kamu,uda ninggalin kamu gitu
aja aku nyesel uda ngancurin semuanya,akuuu….”. “CUKUUP RAIHAN!..” belum sempat
Raihan melanjutkan ucapannya, entah kenapa kepalaku sudah pusing mendengar
semua itu. Dia membuka kembali lubang besar yang sudah susah payah ku tutupi.
“….pergi dari sini!!dengan lu ga muncul lagi di hadapan
gue itu uda cukup buat gue maafin elu!!sekarang sebaiknya lu pergi Raihan!!!”
air mataku menetes tanpa ku sadari. Entah kekuatan darimana aku bisa berbicara
seperti itu kepada sosok yang selama ini selalu ku rindukan.
Raihan menatapku dengan tatapan nanar. Membuatku tak tega
melihatnya seperti itu. aku masih menangis. Ku lihat Raihan sekali lagi dan ooh
dia meneteskan air mata. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Raihan
bangkit dan berlalu dengan langkah gontai. Tanpa ku sadari Randy sudah ada di
depan pintu rumahku,membuat mereka sempat berhadapan sebelum Raihan berlalu.
“Raraa,kamu gapapa?” Tanya Randy dengan nada khawatir. Aku
berusaha mengusap air mata yang tadi menetes deras di pipiku. “ga kok Ran,aku
gapapa. Ran bisa ga kamu nemenin aku ke suatu tempat?gapapa kan kalo hari ini
kita ga ikut latihan?” Randy pun mengangguk,dan mengambi handphonenya untuk
memberitahu pak Bayu kalo hari ini kami tidak dapat hadir.
***
“oooh gitu ceritanya. Udah dong Ra jangan sedih gitu gue
jadi bingung harus gimana” Randy berusaha menguatkanku. “iya Ran makasih. Dengan
lu ada di samping gue kaya gini juga uda cukup kok” JEGEEER entah mungkin
karena akibat suasana hatiku yang sedang kacau atau aku pun tak tahu, tiba-tiba
mulutku melontarkan kalimat itu. Randy kini menatapku bingung,dan lalu dia
tersenyum sangat indah. “ups sory Ran”. aku hanya bisa menunduk “gapapa kok
Ra,aku seneng kok kalo dengan kehadiran aku bisa ngebuat kamu tenang aku akan
selalu ada buat kamu” aku terkejut mendengar ucapan Randy. Kini kami saling
menatap dan tiba-tiba kepala Randy semakin mendekat. Mata ku terpejam aku hanya
bisa diam ketika Randy mengecup lembut keningku.
“Ra aku tau ini mungkin bukan saat yang tepat untuk
ngucapin ini,tapi aku udah gabisa nahan perasaan aku sendiri,kamu mau ga jadi
milik aku seutuhnya?” aku sangat terkejut mendengar itu. aku tidak tahu apakah
aku harus senang atau malah sebaliknya.ku palingkan sejenak mataku kelangit ku
pejamkan,ku rasakan angin meniup lembut wajahku,lalu kembali menatap Randy dan
menganggukan kepalaku tanda setuju. Saat itu Randy tersenyum sangat manis,dan
dia pun memelukku erat dan membisikan sebuah kalimat yang membuatku memeluknya “aku
ga akan pernah ngecewain kamu Ra,aku akan terus ada buat kamu dimana pun aku
berada kelak”
Entah mengapa aku menerima kehadiran sosok baru di
hidupku,ketika sosok lama belum pernah bisa ku lupakan. Keyakinan ku pada Randy
yang membuatku yakin bahwa Randy tidak akan menyakitiku seperti Raihan.
SHIT!!setiap aku menyebut namanya bayangan masa lalu semakin dekat. Luka lama
semakin membayangiku. Tapi Randy mampu
menutupi sedikit demi sedikit lubang yang pernah Raihan buat padaku. Aku
bahagia. Aku berharap kebahagian ini akan abadi.selamanya…
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar