Senin, 23 Desember 2013

Landsky Part IV



“….. Rara XII IPA III oke itulah Sembilan pemain yang terpilih,bagi kalian yang tadi saya panggil harap hadir besok untuk latihan kembali” begitulah kira-kira kalimat terakhir Pak Bayu. Yang membuatku terlonjak kaget ketika namaku disebut. Ternyata dugaanku kali ini salah, tidak ada diskriminasi disini.
            “Raraaaa… tunggu!!” panggil Randy. “selamat ya,gue bilang juga apa lu pasti bisa” sambung Randy dengan oh Tuhan senyuman itu lagi. “makasih ya Ran” hanya itu yang bisa ku ucapkan,mataku masih tertuju pada segaris senyum yang selalu membuat jantungku tidak stabil. “besok elu gaperlu bawa motor,gue yang jemput elu ya?” okey kali ini Randy berhasil ngebuat jantungku tambah ga stabil. “hah lu seriusan Ran?emang lu tau rumah gue?” seakan tersadar dari lamunanku,Randy tertawa kecil “serius dong,maka dari itu gue mau minta nomer handphone elu,biar nanti elu bisa ngirim alamat rumah lu sama gue!okey?” shiiit! Saat itu aku merasa seperti orang bodoh,ya aku masih terlarut dengan khayalanku sehingga membuat aku ngaco seperti ini. Aku pun memberikan nomor handphone ku dan kami pun berlalu.
***
            Suara bel rumahku pun berbunyi, “Randy” batinku. Aku pun berlari membuat mamah terheran-heran melihat tingkahku “Raraa awas jatuuuh” teriak mamah. Seakan tak menghiraukan teriakan mamah aku pun tetap berlari dan membuka pintu, “hei Ran,kamu ga kecepetan nih jemput aaa..kuu” mataku terbelalak,tenggorokanku membeku,jantungku berdetak kencang tapi bukan seperti ketika aku melihat senyuman Randy ini detakan yang lain, detakan yang dulu selalu membuat aku nyaman,detakan yang dulu pernah juga menghancurkanku.
            “hei Ra” pria itu menyapaku dengan senyuman yang tidak asing dimataku. “Raihan?ngapain kamu disini?” Entah kenapa waktu seperti kembali ke masa lalu. Ke masa indah tapi endingnya tak seindah yang ku harapkan.
            “bisa ga aku masuk dulu Ra?” jawab sosok yang ada di hadapanku dengan entengnya. Akupun membuka pintu dan mempersilahkan dia masuk.
            “pertanyaan gue belom elu jawab!” seolah tersadar dari khayalanku.
            “aku mau minta maaf Ra sama kamu,uda ninggalin kamu gitu aja aku nyesel uda ngancurin semuanya,akuuu….”. “CUKUUP RAIHAN!..” belum sempat Raihan melanjutkan ucapannya, entah kenapa kepalaku sudah pusing mendengar semua itu. Dia membuka kembali lubang besar yang sudah susah payah ku tutupi.
            “….pergi dari sini!!dengan lu ga muncul lagi di hadapan gue itu uda cukup buat gue maafin elu!!sekarang sebaiknya lu pergi Raihan!!!” air mataku menetes tanpa ku sadari. Entah kekuatan darimana aku bisa berbicara seperti itu kepada sosok yang selama ini selalu ku rindukan.
            Raihan menatapku dengan tatapan nanar. Membuatku tak tega melihatnya seperti itu. aku masih menangis. Ku lihat Raihan sekali lagi dan ooh dia meneteskan air mata. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Raihan bangkit dan berlalu dengan langkah gontai. Tanpa ku sadari Randy sudah ada di depan pintu rumahku,membuat mereka sempat berhadapan sebelum Raihan berlalu.
            “Raraa,kamu gapapa?” Tanya Randy dengan nada khawatir. Aku berusaha mengusap air mata yang tadi menetes deras di pipiku. “ga kok Ran,aku gapapa. Ran bisa ga kamu nemenin aku ke suatu tempat?gapapa kan kalo hari ini kita ga ikut latihan?” Randy pun mengangguk,dan mengambi handphonenya untuk memberitahu pak Bayu kalo hari ini kami tidak dapat hadir.
***
            “oooh gitu ceritanya. Udah dong Ra jangan sedih gitu gue jadi bingung harus gimana” Randy berusaha menguatkanku. “iya Ran makasih. Dengan lu ada di samping gue kaya gini juga uda cukup kok” JEGEEER entah mungkin karena akibat suasana hatiku yang sedang kacau atau aku pun tak tahu, tiba-tiba mulutku melontarkan kalimat itu. Randy kini menatapku bingung,dan lalu dia tersenyum sangat indah. “ups sory Ran”. aku hanya bisa menunduk “gapapa kok Ra,aku seneng kok kalo dengan kehadiran aku bisa ngebuat kamu tenang aku akan selalu ada buat kamu” aku terkejut mendengar ucapan Randy. Kini kami saling menatap dan tiba-tiba kepala Randy semakin mendekat. Mata ku terpejam aku hanya bisa diam ketika Randy mengecup lembut keningku.
            “Ra aku tau ini mungkin bukan saat yang tepat untuk ngucapin ini,tapi aku udah gabisa nahan perasaan aku sendiri,kamu mau ga jadi milik aku seutuhnya?” aku sangat terkejut mendengar itu. aku tidak tahu apakah aku harus senang atau malah sebaliknya.ku palingkan sejenak mataku kelangit ku pejamkan,ku rasakan angin meniup lembut wajahku,lalu kembali menatap Randy dan menganggukan kepalaku tanda setuju. Saat itu Randy tersenyum sangat manis,dan dia pun memelukku erat dan membisikan sebuah kalimat yang membuatku memeluknya “aku ga akan pernah ngecewain kamu Ra,aku akan terus ada buat kamu dimana pun aku berada kelak”
            Entah mengapa aku menerima kehadiran sosok baru di hidupku,ketika sosok lama belum pernah bisa ku lupakan. Keyakinan ku pada Randy yang membuatku yakin bahwa Randy tidak akan menyakitiku seperti Raihan. SHIT!!setiap aku menyebut namanya bayangan masa lalu semakin dekat. Luka lama semakin membayangiku. Tapi Randy mampu  menutupi sedikit demi sedikit lubang yang pernah Raihan buat padaku. Aku bahagia. Aku berharap kebahagian ini akan abadi.selamanya…
Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar