Rabu, 25 Desember 2013

Ending Landsky



            Semenjak malam  itu semua berjalan lancar. Randy sangat baik terhadapku, dia sangat suka memberikanku kejutan-kejutan kecil yang berarti besar bagiku. Itu sebelum Yona hadir diantara aku dan Randy.
            Sore itu seperti biasa ketika kami selesai latihan, akupun berjalan ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku. Tak seperti biasa Randy tidak menghampiriku saat itu, biasanya dia akan menghampiriku dan memberikan aku sebotol air mineral, dan tidak lupa senyuman manisnya. Tapi sore itu dia tidak ada, bukan hanya dia tidak menghampiriku, tapi dia tidak terlihat dari sebelum latihan tadi. Randy pun tidak menjemputku seperti biasanya, dia hanya mengirim pesan singkat padaku seperti ini:
Hei Ra,
maaf ya aku gabisa jemput kamu aku ada urusan mendadak kamu hati-hati ya ntar berangkatnya  J
Love You Hon
     Ingin sekali aku tahu urusan apa yang membuatnya tidak bisa menjemputku, tapi pesan singkatku saja tidak di balasnya lagi. Aku mencoba berfikir positive mungkin saja benar ada urusan mendadak, dan dia sedang sibuk saat ini.
            Sepeda motorku mogok tadi pagi, itu memaksaku untuk menunggu taksi untuk pulang. 30 menit aku di depan sekolah tapi taksi tak kunjung datang. Aku berinisiatif untuk jalan ke depan Taman kota karena di situ banyak sekali taksi mangkal. Ku telusuri pinggiran jalan raya yang sangat padat oleh lalu lintas teteapi tidak ada satupun taksi kosong yang nganggur, “Aneh” batinku.
            Sedikit lagi nyampe tinggal nyebrang, jalan, melewati pinggiran taman dan sampai. Terdengar lucu ketika aku menyemangati diri sendiri seperti itu, padahal kenyataannya itu cukup jauh, apalagi aku baru selesai latihan, capeknya ga ketulungan deh. Ketika aku menyusuri pinggiran Taman yang cukup panjang untuk sampai di depan aku melihat sosok yang ku kenal,aku berhenti untuk memastikan, oh benar itu sosok yang sangat ku kenal, tunggu! Dia sama siapa? Diaa.diaa.Yona? Yona sedang bersama Randy? Mereka terlihat seperti pasangan kekasih dengan Randy  memegang tangan Yona, mereka saling bertatapan. Mataku berkaca-kaca dadaku sesak, ku hampiri mereka. Kulihat Randy sangat terkejut dengan kehadiranku. Air mataku menetes deras di pipiku , secepat kilat aku berbalik,dan saat itu juga ada yang memelukku erat sangat erat dan dia memukul Randy lalu membawa ku pergi jauh dari mereka berdua.
            “Rara kamu jangan nangis lagi ya,aku gabisa liat kamu kaya gini” ucap Raihan tidak kalah khawatir dengan Randy ketika melihatku menangis akibatnya. Yah,yang memelukku erat tadi adalah Raihan dan dia juga yang membawaku ke tempat ini, dan disinilah aku bersama Raihan. Aku tidak bisa berkata apa-apa hatiku sangat hancur melihat sosok yang sangat ku cintai bermesraan dengan orang lain. Air mataku semakin deras.  Tak tahan melihatku seperti itu, Raihan memelukku lagi. Entah kenapa di pelukan Raihan aku sangat nyaman, beban yang ku rasa sangat berat tadi seolah-olah hilang sedikit-demi sedikit. Ketika tangisanku sudah mereda Raihan melepas pelukannya.
            “udah puas Ra nangisnya?” Tanya Raihan lembut. “udah kok,makasih ya”  jawabku tersenyum. Entah kenapa juga kali ini aku tidak marah padanya, malah aku sangat senang Raihan ada disini, kenyamanan yang berbeda,kenyamanan yang dulu pernah ku dapat. Ingin sekali berada di pelukannya lagi. Ku perhatikan muka Raihan, masih seperti dulu tapi entah karena udara malam ini dingin atau akupun tak tau tapi saat itu muka Raihan sedikit pucat, ku lihat badannya kurus. “Raihan…kamu sakit ya?” untuk memastikan bahwa banyak sekali perubahan padanya. “hah?engga kok Ra!emang kenapa?” jawab Raihan masih seperti dulu, sikap dinginnya masih saja melekat. “kamu kurusan Rey,muka kamu pucat” aku mencoba memberitahunya. Tapi dia hanya tersenyum padaku. “yuk kita pulang Ra, suasana diluar juga uda dingin banget” ajak Raihan sembari bangkit dari tempat duduknya. Aku menurut saja ketika di membuka kan pintu mobilnya. “janji ya Ra ga akan nangis lagi kalo uda dirumah?” jari kelingking Raihan tiba-tiba ada di depan muka ku meminta jari kelingkingku menyambutnya “iya Rey aku janji”. Dia tersenyum lalu cepat mengemudikan mobilnya sampai di depan rumahku.
            Ku rebahkan badanku ke kasurku. Ku ingat lagi kejadian tadi, dadaku sesak ketika mengingat itu ku coba menahan air mata yang sepertinya akan menetes. “aku sudah janji pada Raihan bahwa aku tidak akan menangis lagi.” Mamah tiba-tiba masuk ke kamarku “Rara tadi Randy kesini nyariin kamu, terus mamah bilang kamu belum pulang. Randy bilang kalo kamu uda pulang aktifin hp kamu dia mau ngomong gitu. Emang kamu sama Randy ada masalah apasih Ra?”
            “engga kok mah, yauda mamah keluar aja dulu Rara capek mau istirahat” mamah terheran melihatku saat itu, seakan mengerti bahwa aku sekarang ingin sendiri, mamah keluar dari kamarku. Aku tidak melakukan apa yang Randy bilang pada mamah tadi. Sekarang aku hanya ingin tidur sejenak, melupakan kejadian yang baru saja ku lihat.
***
“RARAAA BANGUUN! Randy…Raa….Randy…!!!” jeritan mamah membangunkanku, aku terkejut melihat mamah histeris sambil menangis seperti itu. Ku lihat jam masih jam 03.00 am. “kenapa Randy mah?” setengah sadar aku bertanya pada mamah. “Randy kecelakaan Ra,sekarang dia kritis di rumah sakit!!”. Mamah semakin histeris. Air mataku tiba-tiba jatuh sangat deras. Dadaku sangat sesak.
            Di rumah sakit aku melihat Randy terbaring dengan darah dimana-mana. Hatiku menjerit melihat Randy tak berdaya seperti ini. Aku tak tega melihatnya, aku berlari ke luar ruangan untuk menenangkan diri. Ketika sampai di koridor yang lain, aku melihat wanita yang tak asing bagiku. Ku ingat-ingat lagi wajah wanita itu. ya tidak salah lagi dia wanita yang saat itu ku lihat bersama Raihan. Saat itu Raihan tiba-tiba menghilang, tidak ada kabar darinya. Padahal saatitu adalah masa kelam di hidupkaku,saat itu aku benar-benar membutuhkan Raihan. 3 bulan kemudian aku melihat Raihan bersama wanita itu di salah satu mall mereka terlihat sangat bahagia, ketika hatiku hancur melihat mereka berdua.
            Wanita tersebut tersenyum melihatku, aku hanya diam ketika dia menghampiriku. “hei elu Rara kan?” suarang serak, matanya tidak kalah sembab dengan mataku saat ini. Sepertinya dia sama sepertiku. “iyaa,elu yang pernah gue lihat di mall sama Raihan kan?” aku bertanya untuk memastikan bahwa dugaan ku memang benar. “iya Ra…” aku terkejut “perkenalkan gue Diana kaka kandungnya Raihan” dia mengulurkan tangannya, ku sambut uluran tangannya mataku masi terbelalak mendengar ucapannya. Berarti selama ini aku salah paham pada Raihan. “ikut gue bentar, ada yang mau gue kasih tau sam elu” Diana menarik tanganku.
            Kami berhenti di sebuah kamar, sebelum masuk Diana menyuruhku untuk duduk terlebih dahulu. “Ada apa? Siapa yang di dalam kamar ini?” aku penasaran apa yang akan ku ketahui ini pasti menyangkut Raihan. “Raihan sakit Ra!..” tiba-tiba Diana menangis ketika mengatakan itu “Jantungnya bermasalah,satu-satunya cara untuk nyembuhin dia adalah orang yang mau donorin jantungnya buat dia Ra. Lu tau dia ninggalin elu karna dia gamau lu sedih ngeliat keadaan dia. Tapi hal itu malah ngebuat Raihan kacau,makanya gue ajak dia pergi ke mall untuk ngehibur dia, eh kita malah ketemu, dan elu salah paham jadinya” aku terdiam air mataku menetes lagi. Cepat ku buka pintu kamarnya. Ku temukan Raihan terbaring lemah, wajahnya sangat pucat, badannya kurus sekali. Ku hampiri dia, ku gengam tangannya. Dia terbangun, terkejut melihatku berada disampingnya sambil menangis. “maafin aku rey,ternyata bukan kamu yang ninggalin aku, tapi aku yang ninggalin kamu,, aku menyesal Rey” dia tersenyum “gapapa kok Ra, aku gapernah berfikir kamu ninggalin aku kok, karna kamu selalu ada disini” Raihan menunjuk dadanya sebelah kiri.
            Tiba-tiba handphone ku berdering, mamah menelponku “kamu dimana?cepaaat kesini Ra,Randy kritis lagi” secepat kilat aku meninggalkan ruangan itu, aku berlari di koridor. Lalu ku buka kamar tempat Randy berada. Ku pegang tangannya erat, dia melihatku “maafin aku Ra kamu salah paham,sore itu aku nenangin Yona yang mencoba bunuh diri ketika dia tau kita pacaran” ucap Randy sangat berat ku lihat “udah Ran jangan mikirin yang lain, maafin aku juga udah salah paham sama kamu harusnya aku percaya sama kamu Ran,sekarang kamu harus tetap bertahan demi aku, aku mohon” air mataku mengalir deras di pipiku. Randy tersenyum dan berusaha mengusap air mataku “aku ingin kamu tetap kuat apapun yang akan terjadi nanti, kamu harus inget dimana pun aku berada kelak,aku akan selalu ada buat kamu Ra” di kecupnya keningku lembut, genggamannya sangat erat, tiba-tiba dia terbatuk, darah yang keluar, dokter bilang mungkin terjadi pendarahan di dadanya. Genggaman Randy melemah, di saat itupun aku diminta keluar dari ruangan. Ku lihat wajahnya sekilas dia tersenyum sangat indah padaku, iya itu senyuman terakhir Randy karena dokter keluar dan berkata bahwa nyawa Randy tak bisa di selamat kan, dia mengalami pendarahan sangat hebat di dadanya. Badanku terasa sangat lemas mendengar itu semua. Air mataku semakin deras aku begitu bersalah saat itu, kalau saja aku percaya pada Randy, mungkin Randy tidak akan seperti ini.
Senyumanmu yang membawa mu padaku,
dan senyumanmu pula yang membawamu pergi dariku.
***
            1 bulan kemudian keadaan berubah drastis, teman-temanku sudah tau siapa aku. Mereka tidap pernah meremehkan aku lagi. Aku terkenal di sekolahku,dan hatiku mulai membaik, kata-kata terakhir Randy yang menguatkanku, dan sekarang disinilah aku, dilapangan dengan penonton yang bersorak-sorak ya aku sukses membawa sekolahku ke final. Aku berjuang demi Randy, Randy yang membawaku kembali kesini aku hanya tinggal menyelesaikannya saja. Point sudah menunjukan 24-23 untuk sekolahku tinggal satu poin saja aku akan menang.
“Rara kamu pasti bisa!” teriak seseorang di bangku penonton, ku lirik sekilas. Raihan, dia datang kesini? Aku tersenyum lebar, seperti ada kekuatan baru padaku kali ini bukan hanya Raihan datang untuk menontonku, tapi cara Raihan menyemangatiku seperti Randy dulu.
            Mereka pun servis. Di terima oleh temanku, ningrum mengumpan padaku dan smashan ku tak bisa di ambil oleh lawan. Kami pun menang. Pak Bayu sangat senang karena baru kali ini sekolahku mendapatkan juara I di kejuaraan antar sekolah ini
***
            “selamat ya Ra” Raihan tiba-tiba menghampiriku yang sedang duduk di samping makam Randy. Ketika pemberian hadiah aku langsung pergi kesini, seperti biasa ku ceritakan semuanya pada Randy lebih tepatnya makam Randy. “kamu kok ada disini rey?” tanyaku padanya “detakan jantung Randy yang membawa kesini Ra” aku tidak mengerti apa yang dikatakan Raihan. Seakan mengerti Raihan menceritakan semuanya.Ternyata Randy mendonorkan  jantungnya untuk Raihan. Dokter merahasiakannya dariku karena itu permintaan Randy.
            “Kamu tau Ra detakannya sangat kuat ketika aku melihatmu. Sangat besar cinta Randy padamu Ra.” Jelas Raihan yang membuatku meneteskan air mata. “Jangan nangis Ra! Sakit banget nih jantung ngeliat kamu nangis kaya gitu!” Raihan tersenyum, aku tahu dia sedang menggoda saat ini. Aku memeluknya erat, ku rasakan detakan jantungnya, mirip dengan detakan jantung Randy. “Aku tidak akan melepaskannya, apapun yang terjadi” batinku
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar