Semenjak malam itu
semua berjalan lancar. Randy sangat baik terhadapku, dia sangat suka
memberikanku kejutan-kejutan kecil yang berarti besar bagiku. Itu sebelum Yona
hadir diantara aku dan Randy.
Sore itu seperti biasa ketika kami selesai latihan, akupun
berjalan ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku. Tak seperti biasa Randy
tidak menghampiriku saat itu, biasanya dia akan menghampiriku dan memberikan
aku sebotol air mineral, dan tidak lupa senyuman manisnya. Tapi sore itu dia
tidak ada, bukan hanya dia tidak menghampiriku, tapi dia tidak terlihat dari
sebelum latihan tadi. Randy pun tidak menjemputku seperti biasanya, dia hanya
mengirim pesan singkat padaku seperti ini:
Hei
Ra,
maaf ya aku
gabisa jemput kamu aku ada urusan mendadak kamu hati-hati ya ntar
berangkatnya J
Love
You Hon
Ingin
sekali aku tahu urusan apa yang membuatnya tidak bisa menjemputku, tapi pesan
singkatku saja tidak di balasnya lagi. Aku mencoba berfikir positive mungkin
saja benar ada urusan mendadak, dan dia sedang sibuk saat ini.
Sepeda motorku mogok tadi pagi, itu memaksaku untuk
menunggu taksi untuk pulang. 30 menit aku di depan sekolah tapi taksi tak
kunjung datang. Aku berinisiatif untuk jalan ke depan Taman kota karena di situ
banyak sekali taksi mangkal. Ku telusuri pinggiran jalan raya yang sangat padat
oleh lalu lintas teteapi tidak ada satupun taksi kosong yang nganggur, “Aneh”
batinku.
Sedikit lagi nyampe tinggal nyebrang, jalan, melewati
pinggiran taman dan sampai. Terdengar lucu ketika aku menyemangati diri sendiri
seperti itu, padahal kenyataannya itu cukup jauh, apalagi aku baru selesai
latihan, capeknya ga ketulungan deh. Ketika aku menyusuri pinggiran Taman yang
cukup panjang untuk sampai di depan aku melihat sosok yang ku kenal,aku
berhenti untuk memastikan, oh benar itu sosok yang sangat ku kenal, tunggu! Dia
sama siapa? Diaa.diaa.Yona? Yona sedang bersama Randy? Mereka terlihat seperti
pasangan kekasih dengan Randy memegang
tangan Yona, mereka saling bertatapan. Mataku berkaca-kaca dadaku sesak, ku
hampiri mereka. Kulihat Randy sangat terkejut dengan kehadiranku. Air mataku
menetes deras di pipiku , secepat kilat aku berbalik,dan saat itu juga ada yang
memelukku erat sangat erat dan dia memukul Randy lalu membawa ku pergi jauh
dari mereka berdua.
“Rara kamu jangan nangis lagi ya,aku gabisa liat kamu
kaya gini” ucap Raihan tidak kalah khawatir dengan Randy ketika melihatku
menangis akibatnya. Yah,yang memelukku erat tadi adalah Raihan dan dia juga
yang membawaku ke tempat ini, dan disinilah aku bersama Raihan. Aku tidak bisa
berkata apa-apa hatiku sangat hancur melihat sosok yang sangat ku cintai
bermesraan dengan orang lain. Air mataku semakin deras. Tak tahan melihatku seperti itu, Raihan
memelukku lagi. Entah kenapa di pelukan Raihan aku sangat nyaman, beban yang ku
rasa sangat berat tadi seolah-olah hilang sedikit-demi sedikit. Ketika
tangisanku sudah mereda Raihan melepas pelukannya.
“udah puas Ra nangisnya?” Tanya Raihan lembut. “udah
kok,makasih ya” jawabku tersenyum. Entah
kenapa juga kali ini aku tidak marah padanya, malah aku sangat senang Raihan
ada disini, kenyamanan yang berbeda,kenyamanan yang dulu pernah ku dapat. Ingin
sekali berada di pelukannya lagi. Ku perhatikan muka Raihan, masih seperti dulu
tapi entah karena udara malam ini dingin atau akupun tak tau tapi saat itu muka
Raihan sedikit pucat, ku lihat badannya kurus. “Raihan…kamu sakit ya?” untuk
memastikan bahwa banyak sekali perubahan padanya. “hah?engga kok Ra!emang
kenapa?” jawab Raihan masih seperti dulu, sikap dinginnya masih saja melekat.
“kamu kurusan Rey,muka kamu pucat” aku mencoba memberitahunya. Tapi dia hanya
tersenyum padaku. “yuk kita pulang Ra, suasana diluar juga uda dingin banget”
ajak Raihan sembari bangkit dari tempat duduknya. Aku menurut saja ketika di
membuka kan pintu mobilnya. “janji ya Ra ga akan nangis lagi kalo uda dirumah?”
jari kelingking Raihan tiba-tiba ada di depan muka ku meminta jari kelingkingku
menyambutnya “iya Rey aku janji”. Dia tersenyum lalu cepat mengemudikan
mobilnya sampai di depan rumahku.
Ku rebahkan badanku ke kasurku. Ku ingat lagi kejadian
tadi, dadaku sesak ketika mengingat itu ku coba menahan air mata yang
sepertinya akan menetes. “aku sudah janji pada Raihan bahwa aku tidak akan
menangis lagi.” Mamah tiba-tiba masuk ke kamarku “Rara tadi Randy kesini nyariin
kamu, terus mamah bilang kamu belum pulang. Randy bilang kalo kamu uda pulang aktifin
hp kamu dia mau ngomong gitu. Emang kamu sama Randy ada masalah apasih Ra?”
“engga kok mah, yauda mamah keluar aja dulu Rara capek
mau istirahat” mamah terheran melihatku saat itu, seakan mengerti bahwa aku
sekarang ingin sendiri, mamah keluar dari kamarku. Aku tidak melakukan apa yang
Randy bilang pada mamah tadi. Sekarang aku hanya ingin tidur sejenak, melupakan
kejadian yang baru saja ku lihat.
***
“RARAAA BANGUUN! Randy…Raa….Randy…!!!”
jeritan mamah membangunkanku, aku terkejut melihat mamah histeris sambil
menangis seperti itu. Ku lihat jam masih jam 03.00 am. “kenapa Randy mah?”
setengah sadar aku bertanya pada mamah. “Randy kecelakaan Ra,sekarang dia
kritis di rumah sakit!!”. Mamah semakin histeris. Air mataku tiba-tiba jatuh
sangat deras. Dadaku sangat sesak.
Di rumah sakit aku melihat Randy terbaring dengan darah
dimana-mana. Hatiku menjerit melihat Randy tak berdaya seperti ini. Aku tak
tega melihatnya, aku berlari ke luar ruangan untuk menenangkan diri. Ketika sampai
di koridor yang lain, aku melihat wanita yang tak asing bagiku. Ku ingat-ingat
lagi wajah wanita itu. ya tidak salah lagi dia wanita yang saat itu ku lihat
bersama Raihan. Saat itu Raihan tiba-tiba menghilang, tidak ada kabar darinya. Padahal
saatitu adalah masa kelam di hidupkaku,saat itu aku benar-benar membutuhkan
Raihan. 3 bulan kemudian aku melihat Raihan bersama wanita itu di salah satu
mall mereka terlihat sangat bahagia, ketika hatiku hancur melihat mereka
berdua.
Wanita tersebut tersenyum melihatku, aku hanya diam
ketika dia menghampiriku. “hei elu Rara kan?” suarang serak, matanya tidak
kalah sembab dengan mataku saat ini. Sepertinya dia sama sepertiku. “iyaa,elu
yang pernah gue lihat di mall sama Raihan kan?” aku bertanya untuk memastikan
bahwa dugaan ku memang benar. “iya Ra…” aku terkejut “perkenalkan gue Diana
kaka kandungnya Raihan” dia mengulurkan tangannya, ku sambut uluran tangannya
mataku masi terbelalak mendengar ucapannya. Berarti selama ini aku salah paham
pada Raihan. “ikut gue bentar, ada yang mau gue kasih tau sam elu” Diana
menarik tanganku.
Kami berhenti di sebuah kamar, sebelum masuk Diana
menyuruhku untuk duduk terlebih dahulu. “Ada apa? Siapa yang di dalam kamar ini?”
aku penasaran apa yang akan ku ketahui ini pasti menyangkut Raihan. “Raihan
sakit Ra!..” tiba-tiba Diana menangis ketika mengatakan itu “Jantungnya
bermasalah,satu-satunya cara untuk nyembuhin dia adalah orang yang mau donorin jantungnya
buat dia Ra. Lu tau dia ninggalin elu karna dia gamau lu sedih ngeliat keadaan
dia. Tapi hal itu malah ngebuat Raihan kacau,makanya gue ajak dia pergi ke mall
untuk ngehibur dia, eh kita malah ketemu, dan elu salah paham jadinya” aku
terdiam air mataku menetes lagi. Cepat ku buka pintu kamarnya. Ku temukan
Raihan terbaring lemah, wajahnya sangat pucat, badannya kurus sekali. Ku hampiri
dia, ku gengam tangannya. Dia terbangun, terkejut melihatku berada disampingnya
sambil menangis. “maafin aku rey,ternyata bukan kamu yang ninggalin aku, tapi
aku yang ninggalin kamu,, aku menyesal Rey” dia tersenyum “gapapa kok Ra, aku
gapernah berfikir kamu ninggalin aku kok, karna kamu selalu ada disini” Raihan
menunjuk dadanya sebelah kiri.
Tiba-tiba handphone ku berdering, mamah menelponku “kamu
dimana?cepaaat kesini Ra,Randy kritis lagi” secepat kilat aku meninggalkan
ruangan itu, aku berlari di koridor. Lalu ku buka kamar tempat Randy berada. Ku
pegang tangannya erat, dia melihatku “maafin aku Ra kamu salah paham,sore itu
aku nenangin Yona yang mencoba bunuh diri ketika dia tau kita pacaran” ucap
Randy sangat berat ku lihat “udah Ran jangan mikirin yang lain, maafin aku juga
udah salah paham sama kamu harusnya aku percaya sama kamu Ran,sekarang kamu
harus tetap bertahan demi aku, aku mohon” air mataku mengalir deras di pipiku.
Randy tersenyum dan berusaha mengusap air mataku “aku ingin kamu tetap kuat
apapun yang akan terjadi nanti, kamu harus inget dimana pun aku berada
kelak,aku akan selalu ada buat kamu Ra” di kecupnya keningku lembut,
genggamannya sangat erat, tiba-tiba dia terbatuk, darah yang keluar, dokter
bilang mungkin terjadi pendarahan di dadanya. Genggaman Randy melemah, di saat
itupun aku diminta keluar dari ruangan. Ku lihat wajahnya sekilas dia tersenyum
sangat indah padaku, iya itu senyuman terakhir Randy karena dokter keluar dan
berkata bahwa nyawa Randy tak bisa di selamat kan, dia mengalami pendarahan
sangat hebat di dadanya. Badanku terasa sangat lemas mendengar itu semua. Air mataku
semakin deras aku begitu bersalah saat itu, kalau saja aku percaya pada Randy,
mungkin Randy tidak akan seperti ini.
Senyumanmu yang membawa mu padaku,
dan senyumanmu pula yang membawamu
pergi dariku.
***
1 bulan kemudian keadaan berubah drastis, teman-temanku
sudah tau siapa aku. Mereka tidap pernah meremehkan aku lagi. Aku terkenal di
sekolahku,dan hatiku mulai membaik, kata-kata terakhir Randy yang menguatkanku,
dan sekarang disinilah aku, dilapangan dengan penonton yang bersorak-sorak ya
aku sukses membawa sekolahku ke final. Aku berjuang demi Randy, Randy yang
membawaku kembali kesini aku hanya tinggal menyelesaikannya saja. Point sudah menunjukan
24-23 untuk sekolahku tinggal satu poin saja aku akan menang.
“Rara kamu pasti bisa!”
teriak seseorang di bangku penonton, ku lirik sekilas. Raihan, dia datang
kesini? Aku tersenyum lebar, seperti ada kekuatan baru padaku kali ini bukan
hanya Raihan datang untuk menontonku, tapi cara Raihan menyemangatiku seperti
Randy dulu.
Mereka pun servis. Di terima oleh temanku, ningrum
mengumpan padaku dan smashan ku tak bisa di ambil oleh lawan. Kami pun menang. Pak
Bayu sangat senang karena baru kali ini sekolahku mendapatkan juara I di
kejuaraan antar sekolah ini
***
“selamat ya Ra” Raihan tiba-tiba menghampiriku yang
sedang duduk di samping makam Randy. Ketika pemberian hadiah aku langsung pergi
kesini, seperti biasa ku ceritakan semuanya pada Randy lebih tepatnya makam
Randy. “kamu kok ada disini rey?” tanyaku padanya “detakan jantung Randy yang
membawa kesini Ra” aku tidak mengerti apa yang dikatakan Raihan. Seakan mengerti
Raihan menceritakan semuanya.Ternyata Randy mendonorkan jantungnya untuk Raihan. Dokter merahasiakannya
dariku karena itu permintaan Randy.
“Kamu tau Ra detakannya sangat kuat ketika aku melihatmu.
Sangat besar cinta Randy padamu Ra.” Jelas Raihan yang membuatku meneteskan air
mata. “Jangan nangis Ra! Sakit banget nih jantung ngeliat kamu nangis kaya
gitu!” Raihan tersenyum, aku tahu dia sedang menggoda saat ini. Aku memeluknya
erat, ku rasakan detakan jantungnya, mirip dengan detakan jantung Randy. “Aku tidak
akan melepaskannya, apapun yang terjadi” batinku
TAMAT