Rabu, 25 Desember 2013

Ending Landsky



            Semenjak malam  itu semua berjalan lancar. Randy sangat baik terhadapku, dia sangat suka memberikanku kejutan-kejutan kecil yang berarti besar bagiku. Itu sebelum Yona hadir diantara aku dan Randy.
            Sore itu seperti biasa ketika kami selesai latihan, akupun berjalan ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku. Tak seperti biasa Randy tidak menghampiriku saat itu, biasanya dia akan menghampiriku dan memberikan aku sebotol air mineral, dan tidak lupa senyuman manisnya. Tapi sore itu dia tidak ada, bukan hanya dia tidak menghampiriku, tapi dia tidak terlihat dari sebelum latihan tadi. Randy pun tidak menjemputku seperti biasanya, dia hanya mengirim pesan singkat padaku seperti ini:
Hei Ra,
maaf ya aku gabisa jemput kamu aku ada urusan mendadak kamu hati-hati ya ntar berangkatnya  J
Love You Hon
     Ingin sekali aku tahu urusan apa yang membuatnya tidak bisa menjemputku, tapi pesan singkatku saja tidak di balasnya lagi. Aku mencoba berfikir positive mungkin saja benar ada urusan mendadak, dan dia sedang sibuk saat ini.
            Sepeda motorku mogok tadi pagi, itu memaksaku untuk menunggu taksi untuk pulang. 30 menit aku di depan sekolah tapi taksi tak kunjung datang. Aku berinisiatif untuk jalan ke depan Taman kota karena di situ banyak sekali taksi mangkal. Ku telusuri pinggiran jalan raya yang sangat padat oleh lalu lintas teteapi tidak ada satupun taksi kosong yang nganggur, “Aneh” batinku.
            Sedikit lagi nyampe tinggal nyebrang, jalan, melewati pinggiran taman dan sampai. Terdengar lucu ketika aku menyemangati diri sendiri seperti itu, padahal kenyataannya itu cukup jauh, apalagi aku baru selesai latihan, capeknya ga ketulungan deh. Ketika aku menyusuri pinggiran Taman yang cukup panjang untuk sampai di depan aku melihat sosok yang ku kenal,aku berhenti untuk memastikan, oh benar itu sosok yang sangat ku kenal, tunggu! Dia sama siapa? Diaa.diaa.Yona? Yona sedang bersama Randy? Mereka terlihat seperti pasangan kekasih dengan Randy  memegang tangan Yona, mereka saling bertatapan. Mataku berkaca-kaca dadaku sesak, ku hampiri mereka. Kulihat Randy sangat terkejut dengan kehadiranku. Air mataku menetes deras di pipiku , secepat kilat aku berbalik,dan saat itu juga ada yang memelukku erat sangat erat dan dia memukul Randy lalu membawa ku pergi jauh dari mereka berdua.
            “Rara kamu jangan nangis lagi ya,aku gabisa liat kamu kaya gini” ucap Raihan tidak kalah khawatir dengan Randy ketika melihatku menangis akibatnya. Yah,yang memelukku erat tadi adalah Raihan dan dia juga yang membawaku ke tempat ini, dan disinilah aku bersama Raihan. Aku tidak bisa berkata apa-apa hatiku sangat hancur melihat sosok yang sangat ku cintai bermesraan dengan orang lain. Air mataku semakin deras.  Tak tahan melihatku seperti itu, Raihan memelukku lagi. Entah kenapa di pelukan Raihan aku sangat nyaman, beban yang ku rasa sangat berat tadi seolah-olah hilang sedikit-demi sedikit. Ketika tangisanku sudah mereda Raihan melepas pelukannya.
            “udah puas Ra nangisnya?” Tanya Raihan lembut. “udah kok,makasih ya”  jawabku tersenyum. Entah kenapa juga kali ini aku tidak marah padanya, malah aku sangat senang Raihan ada disini, kenyamanan yang berbeda,kenyamanan yang dulu pernah ku dapat. Ingin sekali berada di pelukannya lagi. Ku perhatikan muka Raihan, masih seperti dulu tapi entah karena udara malam ini dingin atau akupun tak tau tapi saat itu muka Raihan sedikit pucat, ku lihat badannya kurus. “Raihan…kamu sakit ya?” untuk memastikan bahwa banyak sekali perubahan padanya. “hah?engga kok Ra!emang kenapa?” jawab Raihan masih seperti dulu, sikap dinginnya masih saja melekat. “kamu kurusan Rey,muka kamu pucat” aku mencoba memberitahunya. Tapi dia hanya tersenyum padaku. “yuk kita pulang Ra, suasana diluar juga uda dingin banget” ajak Raihan sembari bangkit dari tempat duduknya. Aku menurut saja ketika di membuka kan pintu mobilnya. “janji ya Ra ga akan nangis lagi kalo uda dirumah?” jari kelingking Raihan tiba-tiba ada di depan muka ku meminta jari kelingkingku menyambutnya “iya Rey aku janji”. Dia tersenyum lalu cepat mengemudikan mobilnya sampai di depan rumahku.
            Ku rebahkan badanku ke kasurku. Ku ingat lagi kejadian tadi, dadaku sesak ketika mengingat itu ku coba menahan air mata yang sepertinya akan menetes. “aku sudah janji pada Raihan bahwa aku tidak akan menangis lagi.” Mamah tiba-tiba masuk ke kamarku “Rara tadi Randy kesini nyariin kamu, terus mamah bilang kamu belum pulang. Randy bilang kalo kamu uda pulang aktifin hp kamu dia mau ngomong gitu. Emang kamu sama Randy ada masalah apasih Ra?”
            “engga kok mah, yauda mamah keluar aja dulu Rara capek mau istirahat” mamah terheran melihatku saat itu, seakan mengerti bahwa aku sekarang ingin sendiri, mamah keluar dari kamarku. Aku tidak melakukan apa yang Randy bilang pada mamah tadi. Sekarang aku hanya ingin tidur sejenak, melupakan kejadian yang baru saja ku lihat.
***
“RARAAA BANGUUN! Randy…Raa….Randy…!!!” jeritan mamah membangunkanku, aku terkejut melihat mamah histeris sambil menangis seperti itu. Ku lihat jam masih jam 03.00 am. “kenapa Randy mah?” setengah sadar aku bertanya pada mamah. “Randy kecelakaan Ra,sekarang dia kritis di rumah sakit!!”. Mamah semakin histeris. Air mataku tiba-tiba jatuh sangat deras. Dadaku sangat sesak.
            Di rumah sakit aku melihat Randy terbaring dengan darah dimana-mana. Hatiku menjerit melihat Randy tak berdaya seperti ini. Aku tak tega melihatnya, aku berlari ke luar ruangan untuk menenangkan diri. Ketika sampai di koridor yang lain, aku melihat wanita yang tak asing bagiku. Ku ingat-ingat lagi wajah wanita itu. ya tidak salah lagi dia wanita yang saat itu ku lihat bersama Raihan. Saat itu Raihan tiba-tiba menghilang, tidak ada kabar darinya. Padahal saatitu adalah masa kelam di hidupkaku,saat itu aku benar-benar membutuhkan Raihan. 3 bulan kemudian aku melihat Raihan bersama wanita itu di salah satu mall mereka terlihat sangat bahagia, ketika hatiku hancur melihat mereka berdua.
            Wanita tersebut tersenyum melihatku, aku hanya diam ketika dia menghampiriku. “hei elu Rara kan?” suarang serak, matanya tidak kalah sembab dengan mataku saat ini. Sepertinya dia sama sepertiku. “iyaa,elu yang pernah gue lihat di mall sama Raihan kan?” aku bertanya untuk memastikan bahwa dugaan ku memang benar. “iya Ra…” aku terkejut “perkenalkan gue Diana kaka kandungnya Raihan” dia mengulurkan tangannya, ku sambut uluran tangannya mataku masi terbelalak mendengar ucapannya. Berarti selama ini aku salah paham pada Raihan. “ikut gue bentar, ada yang mau gue kasih tau sam elu” Diana menarik tanganku.
            Kami berhenti di sebuah kamar, sebelum masuk Diana menyuruhku untuk duduk terlebih dahulu. “Ada apa? Siapa yang di dalam kamar ini?” aku penasaran apa yang akan ku ketahui ini pasti menyangkut Raihan. “Raihan sakit Ra!..” tiba-tiba Diana menangis ketika mengatakan itu “Jantungnya bermasalah,satu-satunya cara untuk nyembuhin dia adalah orang yang mau donorin jantungnya buat dia Ra. Lu tau dia ninggalin elu karna dia gamau lu sedih ngeliat keadaan dia. Tapi hal itu malah ngebuat Raihan kacau,makanya gue ajak dia pergi ke mall untuk ngehibur dia, eh kita malah ketemu, dan elu salah paham jadinya” aku terdiam air mataku menetes lagi. Cepat ku buka pintu kamarnya. Ku temukan Raihan terbaring lemah, wajahnya sangat pucat, badannya kurus sekali. Ku hampiri dia, ku gengam tangannya. Dia terbangun, terkejut melihatku berada disampingnya sambil menangis. “maafin aku rey,ternyata bukan kamu yang ninggalin aku, tapi aku yang ninggalin kamu,, aku menyesal Rey” dia tersenyum “gapapa kok Ra, aku gapernah berfikir kamu ninggalin aku kok, karna kamu selalu ada disini” Raihan menunjuk dadanya sebelah kiri.
            Tiba-tiba handphone ku berdering, mamah menelponku “kamu dimana?cepaaat kesini Ra,Randy kritis lagi” secepat kilat aku meninggalkan ruangan itu, aku berlari di koridor. Lalu ku buka kamar tempat Randy berada. Ku pegang tangannya erat, dia melihatku “maafin aku Ra kamu salah paham,sore itu aku nenangin Yona yang mencoba bunuh diri ketika dia tau kita pacaran” ucap Randy sangat berat ku lihat “udah Ran jangan mikirin yang lain, maafin aku juga udah salah paham sama kamu harusnya aku percaya sama kamu Ran,sekarang kamu harus tetap bertahan demi aku, aku mohon” air mataku mengalir deras di pipiku. Randy tersenyum dan berusaha mengusap air mataku “aku ingin kamu tetap kuat apapun yang akan terjadi nanti, kamu harus inget dimana pun aku berada kelak,aku akan selalu ada buat kamu Ra” di kecupnya keningku lembut, genggamannya sangat erat, tiba-tiba dia terbatuk, darah yang keluar, dokter bilang mungkin terjadi pendarahan di dadanya. Genggaman Randy melemah, di saat itupun aku diminta keluar dari ruangan. Ku lihat wajahnya sekilas dia tersenyum sangat indah padaku, iya itu senyuman terakhir Randy karena dokter keluar dan berkata bahwa nyawa Randy tak bisa di selamat kan, dia mengalami pendarahan sangat hebat di dadanya. Badanku terasa sangat lemas mendengar itu semua. Air mataku semakin deras aku begitu bersalah saat itu, kalau saja aku percaya pada Randy, mungkin Randy tidak akan seperti ini.
Senyumanmu yang membawa mu padaku,
dan senyumanmu pula yang membawamu pergi dariku.
***
            1 bulan kemudian keadaan berubah drastis, teman-temanku sudah tau siapa aku. Mereka tidap pernah meremehkan aku lagi. Aku terkenal di sekolahku,dan hatiku mulai membaik, kata-kata terakhir Randy yang menguatkanku, dan sekarang disinilah aku, dilapangan dengan penonton yang bersorak-sorak ya aku sukses membawa sekolahku ke final. Aku berjuang demi Randy, Randy yang membawaku kembali kesini aku hanya tinggal menyelesaikannya saja. Point sudah menunjukan 24-23 untuk sekolahku tinggal satu poin saja aku akan menang.
“Rara kamu pasti bisa!” teriak seseorang di bangku penonton, ku lirik sekilas. Raihan, dia datang kesini? Aku tersenyum lebar, seperti ada kekuatan baru padaku kali ini bukan hanya Raihan datang untuk menontonku, tapi cara Raihan menyemangatiku seperti Randy dulu.
            Mereka pun servis. Di terima oleh temanku, ningrum mengumpan padaku dan smashan ku tak bisa di ambil oleh lawan. Kami pun menang. Pak Bayu sangat senang karena baru kali ini sekolahku mendapatkan juara I di kejuaraan antar sekolah ini
***
            “selamat ya Ra” Raihan tiba-tiba menghampiriku yang sedang duduk di samping makam Randy. Ketika pemberian hadiah aku langsung pergi kesini, seperti biasa ku ceritakan semuanya pada Randy lebih tepatnya makam Randy. “kamu kok ada disini rey?” tanyaku padanya “detakan jantung Randy yang membawa kesini Ra” aku tidak mengerti apa yang dikatakan Raihan. Seakan mengerti Raihan menceritakan semuanya.Ternyata Randy mendonorkan  jantungnya untuk Raihan. Dokter merahasiakannya dariku karena itu permintaan Randy.
            “Kamu tau Ra detakannya sangat kuat ketika aku melihatmu. Sangat besar cinta Randy padamu Ra.” Jelas Raihan yang membuatku meneteskan air mata. “Jangan nangis Ra! Sakit banget nih jantung ngeliat kamu nangis kaya gitu!” Raihan tersenyum, aku tahu dia sedang menggoda saat ini. Aku memeluknya erat, ku rasakan detakan jantungnya, mirip dengan detakan jantung Randy. “Aku tidak akan melepaskannya, apapun yang terjadi” batinku
TAMAT

Senin, 23 Desember 2013

Landsky Part IV



“….. Rara XII IPA III oke itulah Sembilan pemain yang terpilih,bagi kalian yang tadi saya panggil harap hadir besok untuk latihan kembali” begitulah kira-kira kalimat terakhir Pak Bayu. Yang membuatku terlonjak kaget ketika namaku disebut. Ternyata dugaanku kali ini salah, tidak ada diskriminasi disini.
            “Raraaaa… tunggu!!” panggil Randy. “selamat ya,gue bilang juga apa lu pasti bisa” sambung Randy dengan oh Tuhan senyuman itu lagi. “makasih ya Ran” hanya itu yang bisa ku ucapkan,mataku masih tertuju pada segaris senyum yang selalu membuat jantungku tidak stabil. “besok elu gaperlu bawa motor,gue yang jemput elu ya?” okey kali ini Randy berhasil ngebuat jantungku tambah ga stabil. “hah lu seriusan Ran?emang lu tau rumah gue?” seakan tersadar dari lamunanku,Randy tertawa kecil “serius dong,maka dari itu gue mau minta nomer handphone elu,biar nanti elu bisa ngirim alamat rumah lu sama gue!okey?” shiiit! Saat itu aku merasa seperti orang bodoh,ya aku masih terlarut dengan khayalanku sehingga membuat aku ngaco seperti ini. Aku pun memberikan nomor handphone ku dan kami pun berlalu.
***
            Suara bel rumahku pun berbunyi, “Randy” batinku. Aku pun berlari membuat mamah terheran-heran melihat tingkahku “Raraa awas jatuuuh” teriak mamah. Seakan tak menghiraukan teriakan mamah aku pun tetap berlari dan membuka pintu, “hei Ran,kamu ga kecepetan nih jemput aaa..kuu” mataku terbelalak,tenggorokanku membeku,jantungku berdetak kencang tapi bukan seperti ketika aku melihat senyuman Randy ini detakan yang lain, detakan yang dulu selalu membuat aku nyaman,detakan yang dulu pernah juga menghancurkanku.
            “hei Ra” pria itu menyapaku dengan senyuman yang tidak asing dimataku. “Raihan?ngapain kamu disini?” Entah kenapa waktu seperti kembali ke masa lalu. Ke masa indah tapi endingnya tak seindah yang ku harapkan.
            “bisa ga aku masuk dulu Ra?” jawab sosok yang ada di hadapanku dengan entengnya. Akupun membuka pintu dan mempersilahkan dia masuk.
            “pertanyaan gue belom elu jawab!” seolah tersadar dari khayalanku.
            “aku mau minta maaf Ra sama kamu,uda ninggalin kamu gitu aja aku nyesel uda ngancurin semuanya,akuuu….”. “CUKUUP RAIHAN!..” belum sempat Raihan melanjutkan ucapannya, entah kenapa kepalaku sudah pusing mendengar semua itu. Dia membuka kembali lubang besar yang sudah susah payah ku tutupi.
            “….pergi dari sini!!dengan lu ga muncul lagi di hadapan gue itu uda cukup buat gue maafin elu!!sekarang sebaiknya lu pergi Raihan!!!” air mataku menetes tanpa ku sadari. Entah kekuatan darimana aku bisa berbicara seperti itu kepada sosok yang selama ini selalu ku rindukan.
            Raihan menatapku dengan tatapan nanar. Membuatku tak tega melihatnya seperti itu. aku masih menangis. Ku lihat Raihan sekali lagi dan ooh dia meneteskan air mata. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Raihan bangkit dan berlalu dengan langkah gontai. Tanpa ku sadari Randy sudah ada di depan pintu rumahku,membuat mereka sempat berhadapan sebelum Raihan berlalu.
            “Raraa,kamu gapapa?” Tanya Randy dengan nada khawatir. Aku berusaha mengusap air mata yang tadi menetes deras di pipiku. “ga kok Ran,aku gapapa. Ran bisa ga kamu nemenin aku ke suatu tempat?gapapa kan kalo hari ini kita ga ikut latihan?” Randy pun mengangguk,dan mengambi handphonenya untuk memberitahu pak Bayu kalo hari ini kami tidak dapat hadir.
***
            “oooh gitu ceritanya. Udah dong Ra jangan sedih gitu gue jadi bingung harus gimana” Randy berusaha menguatkanku. “iya Ran makasih. Dengan lu ada di samping gue kaya gini juga uda cukup kok” JEGEEER entah mungkin karena akibat suasana hatiku yang sedang kacau atau aku pun tak tahu, tiba-tiba mulutku melontarkan kalimat itu. Randy kini menatapku bingung,dan lalu dia tersenyum sangat indah. “ups sory Ran”. aku hanya bisa menunduk “gapapa kok Ra,aku seneng kok kalo dengan kehadiran aku bisa ngebuat kamu tenang aku akan selalu ada buat kamu” aku terkejut mendengar ucapan Randy. Kini kami saling menatap dan tiba-tiba kepala Randy semakin mendekat. Mata ku terpejam aku hanya bisa diam ketika Randy mengecup lembut keningku.
            “Ra aku tau ini mungkin bukan saat yang tepat untuk ngucapin ini,tapi aku udah gabisa nahan perasaan aku sendiri,kamu mau ga jadi milik aku seutuhnya?” aku sangat terkejut mendengar itu. aku tidak tahu apakah aku harus senang atau malah sebaliknya.ku palingkan sejenak mataku kelangit ku pejamkan,ku rasakan angin meniup lembut wajahku,lalu kembali menatap Randy dan menganggukan kepalaku tanda setuju. Saat itu Randy tersenyum sangat manis,dan dia pun memelukku erat dan membisikan sebuah kalimat yang membuatku memeluknya “aku ga akan pernah ngecewain kamu Ra,aku akan terus ada buat kamu dimana pun aku berada kelak”
            Entah mengapa aku menerima kehadiran sosok baru di hidupku,ketika sosok lama belum pernah bisa ku lupakan. Keyakinan ku pada Randy yang membuatku yakin bahwa Randy tidak akan menyakitiku seperti Raihan. SHIT!!setiap aku menyebut namanya bayangan masa lalu semakin dekat. Luka lama semakin membayangiku. Tapi Randy mampu  menutupi sedikit demi sedikit lubang yang pernah Raihan buat padaku. Aku bahagia. Aku berharap kebahagian ini akan abadi.selamanya…
Bersambung….

Selasa, 17 Desember 2013

Landsky part III



  Pagi itu kabut menyelimuti kota Bandung, aku bangun dan berjalan ke gudang untuk mencari sesuatu yang dulu ku buang tapi kini aku sadar, sekarang aku membutuhkan itu. Aku mecari-cari ke segala penjuru, dan aku akhirnya menemukannya di dalam kotak usang penuh debu. Ku bersihkan debu-debu yang memenuhi kotak itu, lalu ku buka perlahan, aku tersenyum melihat sepatu lamaku, sepatu yang mempunyai banyak kenangan bersamaku. Dengan melihatnya lagi aku seperti kembali ke masa aku sedang memakai sepatu itu. "Raraaa... kamu ngapain pagi-pagi gini ada di gudang?". Suara mamah membuyarkan lamunanku., aku berbalik menghadap mamah, mata mamah terhenti pada kotak yang sedang ku pegang. "Kamu mau main volly lagi Ra? ohahaa akhirnya kamu jadi Rara yang dulu.". Tiba-tiba mamah memelukku, aku terkejut apakah sebegitu berubahnya aku selama ini sampe-sampe mamah terharu hanya karena aku ingin kembali pada hobby ku lagi.
"iya mah, Rara kemarin di tawarin buat ikut seleksi tim putri di sekolah, makanya Rara nyariin sepatu lama Rara buat persiapan untuk seleksi". jawabku sambil masih memandang mamah. "yaudah Ra, tapi kamu sarapan dulu sebelum latian yaa".
                                                            ***
          Aku berjalan di koridor sekolah yg saat itu sangat sepi hanya di tempat-tempat tertentu aku melihat beberapa orang berkumpul, ya ini hari sabtu sekolah libur harinya semua ekstrakulikler di lakukan. Dari jarak beberapa meter aku melihat orang yang ku kenal dia pun berbalik,membuat dia melihatku. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya, meyuruhku untuk mendekat.
“aku kira kamu ga bakalan datang Ra, siap-siap gih sana.” Ucap Randy aku pun tersenyum dan pergi untuk melakukan apa yang di perintahkan Randy tadi.
          Aku sedikit terkejut di ruang ganti sudah banyak orang yang bersiap-siap juga sepertiku. Apakah memang sebanyak ini yang akan ikut seleksi? Jika memang sebanyak ini kenapa Randy memintaku lagi untuk ikut seleksi? Batinku.
“hey guys gue uda cantik belom?” teriak seorang cewe yang sedikit familiar di mata ku, kalau tidak salah namanya Yona, yah tidak salah lagi dia yang sering di bicarakan teman-teman sekelasku. Tidak seperti yang di bicarakan kebanyakan orang, dia tidak cantik menurutku, malah terkesan menor, gayanya pun norak, aku jadi bingung dengan selera cowo di sekolah ini yang memandang Yona cewe idaman di sekolah ini.
“gilee elu kan emang cantik Na, hehee Randy pasti terpesona deh” kata salah satu temannya.
“hahaa itu sih pasti, gue kan ikut-ikutan kaya gini supaya deket sama Randy” jawab Yona
“engga hanya elu aja, kita semua ada disini ya karena pada mau deket sama Randy” mereka pun tertawa terbahak-bahak di ruangan itu kecuali aku dan beberapa orang lainnya.
“hey gue ningrum.” Seseorang yang mengaku bernama ningrum itu mengulurkan tangannya di depanku yang membuatku terkejut setengah mati. Aku mencoba untuk stabil dan menyambut uluran tangannya.
“gue Rara, gila lu ya gue jantungan gini jadinya” jawabku, dia tersenyum kecil.
“hehee maafin gue deh, elu anak kelas berapa? Anak baru ya? Kok gue baru liat elu deh kayanya.” Ya bukan hanya ningrum yang bertanya seperti itu, setiap orang yang ngajak kenalan pasti nanya Lo anak baru ya?gue gapernah liat elu, dan blablablablabla
“gue anak XII-IPA3,di kelas dua gue anak baru kalo sekarang ya kagak, gue jarang keluar kelas rum maklum deh kalo banyak orang yang ga kenal gue hehee” kami berdua pun tertawa.
          Oke seleksi pun dimulai dengan kami pemanasan 5 kali keliling lapangan basket dan latiahan fisik lainnya yang ngebuat badanku sakit semua, mungkin karena lama ga ikut kaya beginian lagi. Kami pun disuruh lari sana lari sini loncat sana loncat sini lalu masuk ke teknik permainan, seleksinya adalah di test passing bawah dan atas masing-masing 50. Waaah disitu jantung ku berdegup kencang bukan hanya mata Randy selalu memperhatikan setiap gerakanku tapi sudah hampir setaun aku tidak melakukan ini.
          Giliranku tiba jantungku berdegup semakin kencang,keringatku bercucuran disana-sini. “udah Ra santai aja,gue yakin elu bisa” bisik Randy kepadaku ketika dia memberi bola, dan oh tidak dia tersenyum sangat manis saat itu, aku pun hanya membalas dengan menggangguk kepala tanda mengerti.
          Pertama passing bawah 1,2,3,4,5,… aku tersenyum seketika ternyata aku masih mampu melakukan ini dan 45,46,47,48,49,50 berhasil jeritku dalam hati. “oke bagus,sekarang passing atasnya ya Ra” pinta pak Bayu selaku pembina ekskul volley di sekolahku dan dia jugala yang menyeleksi kami. Jantungku yg tadinya normal sekarang mulai berdegup kencang,sekilas aku melihat wajah Randy yang tak kalah tegang dengan wajah ku. Aku mengambil ancang-ancang dan 1,2,3,4,5,6,7,8,9 sepppppuluh bola pun memantul jauh kebelakang ku, “apa yang kamu lakukan Ra!!!!” bisik ku dalam hati. Aku menatap Pak Bayu, hanya tersenyum melihat wajah ku tertunduk keringatku semakin deras mengalir jantungku pun berdetak tidak stabil “sudahlah Ra tidak apa-apa kok gausah tegang gitu” Pak Bayu pun tersenyum lebar ke arahku ketika mengatakan hal itu.
          Semua test pun di lanjutkan. Tanpa dugaanku karna katanya tournament sebentar lagi jadi hanya dilakukan satu hari untuk seleksi dan itu pun langsung masuk team inti yang akan di berangkatkan untuk tournament. Pantas saja tadi semua teknik dasar volley kami lakukan ternyata seleksinya hanya satu hari. “sebut saja ini team dadakan” pekikku dalam hati. Di sekolah ku yang lama tidak seperti ini, kami sangat pantang untuk melakukan suatu hal dengan semboyan “dadakan”,karena kami percaya bahwa sesuatu yang di dasari dengan dadakan hasilnya tidak akan memuaskan, maka dari itu jika akan ada even,3 bulan sebelum even tersebut kami sudah bersiap-siap.tidak seperti ini 3 minggu menjelang even tersebut baru kalang kabut mencari pemain.
          Waktu yang di tunggu pun akhirnya tiba,waktu dimana kami mengetahui nasib kami. Nasib bagus ketika kami terpilih menjadi salah satu pemain dadakan di team dadakan,atau nasib buruk ketika kami tidak terpilih menjadi salah satu pemain dadakan di team dadakan ketika seleksi dadakan ini.
          “terimakasih kalian sudah hadir pada hari ini untuk mengikuti seleksi team bola volley putri untuk mengikuti tournament yang kurang lebih 3 minggu lagi akan dimula dan blablabla…..” seperti orang kebanyakan Pak Bayu tahu kami hanya menunggu hasil pengumumannya saja dan sengaja mengulur-ngulur waktu agar kami semakin penasaran “….oke saya akan mengumumkan orang-orang yang terpilih menjadi pemain di team kita saya hanya memilih 8 orang,6 orang pemain inti,dan 2 orang cadangan dan inilah orang-orangnya Sira XI IPA 1,echa XI IPS 3,Ningrum XII IPA 5,Lintang X-8 blablabla wajahku tegang karena namaku sampai sekarang tidak dipanggil, apakah aku tidak terpilih karena gagal ketika test passing atas tadi?jika iya,ini tidak adil bagiku aku hanya gagal di satu test saja dan bukannya tidak mungkin dalam waktu 3 minggu aku bisa melakukan hal itu. Jika aku tidak terpilih, sehebat apa mereka?aku adalah pemain terbaik di SMA ku dulu,dan SMA kami adalah SMA yang paling disegani di kota ini. Aaaah apakah disini juga aku menjadi korban diskriminasi?kenapa harus aku lagi?dan kenapa ketidakadilan selalu berpihak padakuuu….

bersambuuung... =D
agak lama nih nyelesain ini,susah nyari inspirasi soalnya ;;) 
follow : @louvyvey20
add : louvy ramadhina isneni
thank's