Kamis, 27 November 2014

Remember



Kenangan, apa arti sebuah kenangan dalam kehidupanmu?moment yang takan mungkin  kau lupakan, bukan? Moment yang selalu terlintas dalam hidupmu. Tapi,bagaimana jika kenangan itu menghilang tanpa bisa kau tahan, kenangan itu tidak bisa kau ingat, sekalipun kau sudah berusaha untuk bisa mengingatnya. Tapi kenangan itu seperti hilang di telan oleh bumi, tak bisa lagi kau rasakan getaran-getaran saat mengingat kenangan itu, tak bisa lagi kau tersenyum saat mengingat kembali kenangan itu, dan mungkin orang yang ada bersama kenangan itu juga hilang dari ingatanmu

Orang yang ku cintai….
                                                                        ***
            Namaku Keina Clarista, 20 tahun, mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di kota yang jauh dari tempat aku tinggal. Ayahku bekerja di sebuah perusahaan, ibuku adalah ibu rumah tangga yang baik. Aku mempunyai adik laki-laki bernama Kenan Wijaya yang masih duduk di bangku SMA. Aku mempunyai tetangga yang sangat menyukai  bunga indah berwarna ungu yang pernah ku tanyakan pada ibuku apa nama bunga tersebut, “itu Anggrek,Kei”  sambil tetap tersenyum khas seorang ibu. “suatu saat Kei mau punya taman yang penuh sama bunga itu mah” kataku bersemangat. Seperti itulah ingatanku saat itu, saat dimana aku belum mempunyai penghapus di dalam otakku. Begitulah aku menyebut nama sebuah penyakit yang tanpa bisa ku tahan seenaknya menghapus semua memori di dalam otakku, menghapus semua kenangan yang pernah kulewati bersamanya,yah bersamanya. Jika aku bisa meminta satu permintaan saja, aku hanya meminta waktu berhenti saat ini juga. Aku sangat takut, untuk setiap detik yang ku lewati. aku taku saat itu tiba. Saat dimana aku tidak bisa mengenalnya, atau mungkin saat dimana aku benar-benar tidak bisa mengingatnya lagi. ketika saat itu tiba, aku hanya ingin kau tahu, aku Keina Clarista selalu mencintaimu, selalu mengingat semua kenangan bersamamu, jangan salahkan aku, aku tidak pernah berniat menyakitimu karena aku melupakanmu. Ini bukan mauku, cukup dengan kau percaya aku selalu mencintaimu…
                                                                        ***
            “mah...papah marah sama Kei?” isakku. Ibuku hanya diam, aku memeluknya erat. “maafin Kei mah”. Aku berjalan gontai ke kamar. ini salahku, seharusnya aku tidak boleh mempercayai seorang laki-laki seperti ini. seharusnya aku tidak mencintai seorang pengusaha terkenal yang baru ku ketahui statusnya sudah bertunangan ketika tangan seorang perempuan mendarat di pipi kiriku di depan banyak kamera. Sekarang, beginilah akibatnya, orang-orang menyangka aku perempuan penggoda pengusaha-pengusaha terkenal. Bukan hanya aku, tapi keluargaku pun terkena dampak dari kesalahanku yang sangat memalukan ini.”papah akan sangat kecewa padamu kei, seharusnya kau tidak mudah percaya dengan lelaki sepeti itu           !”. “cukup Ken!! Kei  kamu istirahat sana”, dengan seyumannya yang khas, tetapi itu semakin membuat rasa penyesalanku semakin besar, adikku benar ayah akan sangat kecewa.
***
“Lihat gedung-gedung ini, terlihat berubah ketika terakhir kita melewati ini berdua”suara lembut, dan senyum yang khas seorang ayah sambil menunjuk jejeran gedung-gedung yang ada di sepanjang jalan. Seketika aku mengingat kenangan bersama ayah saat berada seperti ini dengan waktu yang berbeda. Tiga tahun sudah ku tinggalkan kota ini, termasuk keluargaku untuk melanjutkan kuliah di luar kota, dan ketika aku kembali bukan hanya gedung-gedung ini yang berbeda, tetapi aku, keadaanku. “bukannya seharusya papah marah sama Kei?”. Hati-hati aku bertanya. Dia melirikku sebentar, lalu fokus kembali pada jalan “hei, untuk apa papah marah dengan apa yang sudah terjadi? Kei masih putri kecil papah yang lucu dan menggemaskan, Kei gapernah berubah dimata papah”. Air mataku menetes, aku terharu. “tapi putri kecil papah ini baru saja dibohongi oleh lelaki seperti  papah”. Kita berdua pun tertawa.
Aku sedang menemani ayahku untuk mengunjungi sebuah proyek yang sedang dibangun oleh perusahaan ayahku. “mau ikut ngontrol?”. Seketika ku lihat keadaan diluar, matahari sangat terik,  debu dimana-mana “engga pah Kei di mobil aja, debu-debu itu terlalu banyak untuk Kei lawan”. Ku dengar ayahku tertawa “dasar perempuan” pintu mobilpun ditutup. Kunyalakan radio untuk membuang rasa bosanku. Tetapi Radio tidak mampu menahan rasa hausku. Akupun keluar dari mobil, kulihat ada mini market di sebrang jalan.
Ku lihat minuman yang ku suka, tinggal satu di dalam kulkas itu, ku percepat langkahku karena ku lihat ada seorang lelaki yang akan mengambil minuman itu, dan ketika tangan lelaki itu hampir menyuntuh minumannya, tangan ku dengan cepat mengambil minuman itu, sehingga membuat jarak aku dan lelaki itu berada sangat dekat. Kita bertatapan beberapa detik sebelum aku memutuskan untuk meninggalkannya dan pergi ke kasir.
***
            “kita butuh seseorang yang bisa menangani ini semua, mereka kabur dengan uang itu!!” sejenak aku berfikir, “aku tahu siapa yang bisa” jawabku.
            “pah please, perusahaan Kei butuh orang seperti itu” hening sejenak, karena lawan bicaraku belum menjawab “iya iya, siang ini papah kirimkan orang, berhati-hatilah dengannya” terdengar suara tawa ayahku “makasih pah” telpon pun terputus.
            “orangnya akan datang sebentar ..” belum sempat ku teruskan kata-kataku, tiba-tiba pintu lift terbuka, dan lelaki itu. Oh tidak, cepat-cepat aku bersembunyi berusaha untuk tidak terlihat olehnya. Ku lihat lelaki itu sedang berbicara dengan bos ku dan pergi begitu saja.
            Hari ini sangat melelahkan bagiku, aku berniat untuk membeli sekaleng kopi kesukaanku. Saat aku sedang menunggu mesin itu memberiku sekaleng kopi yang kuinginkan, sepersentimeter kaleng kopi hamper menyentuh tanganku, tiba-tiba ada sebuah tangan yang lebih cepat mengambil kaleng itu. Ketika aku melihat wajahnya, lelaki yang ku kenal. Ku percepat langkahku agar langkah kami sama, “mengambil sebuah kaleng kopi dari seorang gadis, sangat tidak sopan” aku tertawa, ku lihat dia hanya tersenyum “seperti masa lalu, Keina…” ucapku agak ragu “Keina Clarista” sambil kucoba mengulurkan tanganku padanya. “Raihan..” “Reihan Ricardo”. Begitulah awal aku mengenalnya. Seperti bangkit dari lubang kegelapan saat berjabat tangan dengannya. Aku sadar dialah yang ku cari, dialah cahaya yang menuntunku keluar dari kegelapan, dialah Reihan. Reihan Ricardo.
***
            “engga Kei, pokoknya engga!” ucapku agak keras di akhir kalimat. “tapi kenapa Rei, apa arti hubungan kita selama ini kalau kamu ga untuk berkomitmen denganku” rengek Keina, kulihat wajahnya sejenak. Entah kenapa mata itu bisa meluluhkan amarahku yang biasanya sering memuncak dan tak terkendali. Ku tangkup wajahnya dengan kedua telapak tanganku, ku tarik pelahan agar wajahnya semakin dekat denganku, tatapanku tak lepas dari mata indahnya. “aku belum siap Kei” ku kecup bibirnya perlahan, “tapi ini hanya bertemu dengan kedua orang tuaku Rei” Keina tetap memaksaku untuk bertemu dengan orang tuanya atau dengan kata lain bosku. Aku takut ayahnya tidak menyetujui hubunganku dengan Keina. Aku hanya seorang mandor untuk sekelompok tukang batu di proyeknya. Aku takut kehilangan Keina. Tiba-tiba orang yang ku kenal dating, dengan istrinya dan seorang anak laki-laki. “Kei kok mukanya kaget gitu, bukannya kamu yang nyutuh papah kesini” dia tersenyum pada Keina, matanya sekarang beralih melihatku. Ekspresinya berubah, sudah ku duga, ini akan sulit.
            “Keina mau ke wc dulu” ku lihat raut wajah Keina, tidak beda jauh denganku. Setelah kepergian Keina, meja yang sendang kami duduki hening, disitu hanya tinggal ayah Keina atau dengan kata lain bos ku, istrinya yang sangat ramah terhadapku, dan adiknya yang baru ku tahu namanya adalah Kenan. Hening, tak ada satu orang pun yang berani berbicara dalam situasi seperti ini. dentingan sendok dan garpu pun tidak terdengar. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Sampai ku dengar Kenan melihat ke arah belakangku dan berteriak “Keina…..!”. cepat ku berbalik, dan berlari untuk menghampiri tubuh yang sedang terbaring di lantai, ku angkat cepat dan berlari keluar membawanya sekencang yang ku bisa .
 “Reihan” segera ku peluk erat, ku rengkuh tubuh yang tiba-tiba menyerbuku saat aku memasuki kamar tempat Keina berbaring tadi. Ayahnya melihat kami berpelukan, ekspresinya menandakan sesuatu yang baik untuk hubunganku dengan Keina.
***

Minggu, 19 Oktober 2014

Open Your Eyes



Semua dimulai saat aku membuka mata…
                Aku memang tidak terlalu cantik, tapi aku selalu menarik perhatian mereka. Aku tidak tau alasan apa yang mereka punya untuk itu. Mataku yang bulat dan besar, hidungku yang mungil, atau rambutku yang hitam bergelombang. Aku rasa bukan karena itu, karena di sekolahku banyak yang lebih dari seperti itu. Sikap ku yang friendly dan cukup ramah mungkin itu alasan yang tepat untuk mereka mudah dekat denganku. Pacar, aku masih menunggu seorang pangeran. Aku tidak tau kapan pangeran itu akan dikirimkan kan kepadaku. Tetapi aku akan tetap menunggu waktu itu, dan ketika pangeranku datang…
“Hai..” sapa meyland mengagetkanku. “ngelamun aja lo, nih pesenan lo, pantes aja minta beliin ternyata males ngantri , licik lo” seperti biasa hari-hariku di sekolah selalu di warnai dengan omelan mey. “hahaa ngerti dong mey gue ga cukup pinter buat ngeggoda tukang batagor, jadi gue serahin ke elu”. Goda ku pada meyland “sialan lu!hahaa.” meyland memang cukup jago untuk hal seperti itu, bayangkan saja pernah suatu saat kita ngantri steak yang memang lumayan terkenal dan limited edition karena jam 1 siang biasanya kehabisan, tapi dengan kepintaran meyland ngeggoda tukang steaknya dalam 15 menit kita udah bisa dapet tuh steak, ga sia-sia temenan dengan meyland biarpun setiap hari selalu ngomel gajelas.
                Bel pulang sekolah pun berbunyi. “gue pulang duluan ya del mwah” belum sempat aku bertanya, meyland udah lari keluar kelas, aneh. Setelah aksi terbengong-bengong akibat ulah meyland akupun keluar kelas, suasana sekolah masih ramai aku berjalan menyusuri koridor-koridor kelas, langkahku terhenti saat ada seseorang yang mengahadang langkahku “Fahri? ngapain lo?ngagetin gue tau ga” semproku pada Fahri teman sekolahku dan lebih tepatnya tetanggaku yang gapernah puas ngerjain aku. “makanya jangan ngelamun mulu, suasana rame gini masih sempet aja ngelamun, gue nebeng dong mobil gue tadi pagi mogok.” Apa fahri tadi bilang mau nebeng bareng, ya ampun dosa apa yang udah aku buat sampe-sampe harus kenal sama ini orang. Di rumah ketemu, disekolah ketemu, dan sekarang di mobil juga mesti bareng, bisa-bisa kelainan jadinya. “ogaah…naik angkot atau bis kek kan bisa” tolakku “parah lu mah, sama tetangga sendiri gamau bantuin, lagian kapan lagi coba lo satu mobil sama cowo ganteng kaya gue” what the arrrrgh “ganteng pala lu, gue mau nebengin lo tapi dengan syarat lo diem di mobil gue jangan sampe gue denger sepatah katapun keluar dari mulut nyebelin lo itu.” Mampus lo batinku “iya iya deh, galak amat mbak agi PMS yee hahaa yuk ah keburu kesorean gue udah laper” tangan Fahri menyambar tanganku dan menariknya atau dengan kata lain menyeret ku keparkiran mobil, shit man. “bisa kali pelan-pelan dikit narik gue, berasa kambing tau ga” omelku pada Fahri yang sedang mau masuk kedalam mobil, dasar bocah. “hehee kan mirip tuh lo sama kambing, sama-sama minta di kurbanin” tuh kan nyebelin, aku pun tak menanggapi Fahri, cepat-cepat masuk kedalam mobil dan membiarkan Fahri cekikikan. “cepet masuk, mau nebeng kaga sih?” cekikikan Fahri pun tiba-tiba berhenti, dan dia masuk ke dalam mobil.
                Jalanan Bandung pada  siang hari memang sudah biasa macet seperti ini. Nyesel nolak tawaran Fahri buat dia aja yang nyupir sekarang malah aku yang pusing ngeliat jalanan macet, dan Fahri tidur nyenyak disebelahku. Sesekali ku lirik Fahri yang sedang tertidur, ganteng batinku, kalau saja sikapnya manis terhadapku mungkin bisa saja aku naksir padanya, atau dengan sikap kaya begini saja aku sedikit naksir, garis bawahi sedikitnya. Yah Fahri arya wiguna cowo tinggi dengan tubuh ideal dan wajah yang cukup yah ganteng dan menjadi salah satu cowo yang paling dicari disekolahku, banyak yang iri padaku karena aku bisa dekat seperti ini dengannya. Tapi sikapnya itu yang membuat aku males untuk melihat sisi positif yang ada padanya. Tapi ada sesuatu saat aku melihatnya terlelap seperti ini, sangat nyaman ketika melihatnya.
                “Faaaaahriiiiii banguuuuuuun udaaaah sampeeee, parah lo malah enak-enakan tidur sementara gue berusaha gelut dengan jalanan yang meyeramkan karena dipenuhi oleh berjuta-juta kendaraan dan panas teriknya mata…….” Tiba-tiba tangan Fahri menutup mulutku dan dia tersenyum “makasih del” Fahri keluar mobil, aneh. Aku masih terbengong melihatnya seperti itu. Seolah sadar dari lamunanku akupun keluar mobil dan menuju kamarku.

Rabu, 25 Desember 2013

Ending Landsky



            Semenjak malam  itu semua berjalan lancar. Randy sangat baik terhadapku, dia sangat suka memberikanku kejutan-kejutan kecil yang berarti besar bagiku. Itu sebelum Yona hadir diantara aku dan Randy.
            Sore itu seperti biasa ketika kami selesai latihan, akupun berjalan ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku. Tak seperti biasa Randy tidak menghampiriku saat itu, biasanya dia akan menghampiriku dan memberikan aku sebotol air mineral, dan tidak lupa senyuman manisnya. Tapi sore itu dia tidak ada, bukan hanya dia tidak menghampiriku, tapi dia tidak terlihat dari sebelum latihan tadi. Randy pun tidak menjemputku seperti biasanya, dia hanya mengirim pesan singkat padaku seperti ini:
Hei Ra,
maaf ya aku gabisa jemput kamu aku ada urusan mendadak kamu hati-hati ya ntar berangkatnya  J
Love You Hon
     Ingin sekali aku tahu urusan apa yang membuatnya tidak bisa menjemputku, tapi pesan singkatku saja tidak di balasnya lagi. Aku mencoba berfikir positive mungkin saja benar ada urusan mendadak, dan dia sedang sibuk saat ini.
            Sepeda motorku mogok tadi pagi, itu memaksaku untuk menunggu taksi untuk pulang. 30 menit aku di depan sekolah tapi taksi tak kunjung datang. Aku berinisiatif untuk jalan ke depan Taman kota karena di situ banyak sekali taksi mangkal. Ku telusuri pinggiran jalan raya yang sangat padat oleh lalu lintas teteapi tidak ada satupun taksi kosong yang nganggur, “Aneh” batinku.
            Sedikit lagi nyampe tinggal nyebrang, jalan, melewati pinggiran taman dan sampai. Terdengar lucu ketika aku menyemangati diri sendiri seperti itu, padahal kenyataannya itu cukup jauh, apalagi aku baru selesai latihan, capeknya ga ketulungan deh. Ketika aku menyusuri pinggiran Taman yang cukup panjang untuk sampai di depan aku melihat sosok yang ku kenal,aku berhenti untuk memastikan, oh benar itu sosok yang sangat ku kenal, tunggu! Dia sama siapa? Diaa.diaa.Yona? Yona sedang bersama Randy? Mereka terlihat seperti pasangan kekasih dengan Randy  memegang tangan Yona, mereka saling bertatapan. Mataku berkaca-kaca dadaku sesak, ku hampiri mereka. Kulihat Randy sangat terkejut dengan kehadiranku. Air mataku menetes deras di pipiku , secepat kilat aku berbalik,dan saat itu juga ada yang memelukku erat sangat erat dan dia memukul Randy lalu membawa ku pergi jauh dari mereka berdua.
            “Rara kamu jangan nangis lagi ya,aku gabisa liat kamu kaya gini” ucap Raihan tidak kalah khawatir dengan Randy ketika melihatku menangis akibatnya. Yah,yang memelukku erat tadi adalah Raihan dan dia juga yang membawaku ke tempat ini, dan disinilah aku bersama Raihan. Aku tidak bisa berkata apa-apa hatiku sangat hancur melihat sosok yang sangat ku cintai bermesraan dengan orang lain. Air mataku semakin deras.  Tak tahan melihatku seperti itu, Raihan memelukku lagi. Entah kenapa di pelukan Raihan aku sangat nyaman, beban yang ku rasa sangat berat tadi seolah-olah hilang sedikit-demi sedikit. Ketika tangisanku sudah mereda Raihan melepas pelukannya.
            “udah puas Ra nangisnya?” Tanya Raihan lembut. “udah kok,makasih ya”  jawabku tersenyum. Entah kenapa juga kali ini aku tidak marah padanya, malah aku sangat senang Raihan ada disini, kenyamanan yang berbeda,kenyamanan yang dulu pernah ku dapat. Ingin sekali berada di pelukannya lagi. Ku perhatikan muka Raihan, masih seperti dulu tapi entah karena udara malam ini dingin atau akupun tak tau tapi saat itu muka Raihan sedikit pucat, ku lihat badannya kurus. “Raihan…kamu sakit ya?” untuk memastikan bahwa banyak sekali perubahan padanya. “hah?engga kok Ra!emang kenapa?” jawab Raihan masih seperti dulu, sikap dinginnya masih saja melekat. “kamu kurusan Rey,muka kamu pucat” aku mencoba memberitahunya. Tapi dia hanya tersenyum padaku. “yuk kita pulang Ra, suasana diluar juga uda dingin banget” ajak Raihan sembari bangkit dari tempat duduknya. Aku menurut saja ketika di membuka kan pintu mobilnya. “janji ya Ra ga akan nangis lagi kalo uda dirumah?” jari kelingking Raihan tiba-tiba ada di depan muka ku meminta jari kelingkingku menyambutnya “iya Rey aku janji”. Dia tersenyum lalu cepat mengemudikan mobilnya sampai di depan rumahku.
            Ku rebahkan badanku ke kasurku. Ku ingat lagi kejadian tadi, dadaku sesak ketika mengingat itu ku coba menahan air mata yang sepertinya akan menetes. “aku sudah janji pada Raihan bahwa aku tidak akan menangis lagi.” Mamah tiba-tiba masuk ke kamarku “Rara tadi Randy kesini nyariin kamu, terus mamah bilang kamu belum pulang. Randy bilang kalo kamu uda pulang aktifin hp kamu dia mau ngomong gitu. Emang kamu sama Randy ada masalah apasih Ra?”
            “engga kok mah, yauda mamah keluar aja dulu Rara capek mau istirahat” mamah terheran melihatku saat itu, seakan mengerti bahwa aku sekarang ingin sendiri, mamah keluar dari kamarku. Aku tidak melakukan apa yang Randy bilang pada mamah tadi. Sekarang aku hanya ingin tidur sejenak, melupakan kejadian yang baru saja ku lihat.
***
“RARAAA BANGUUN! Randy…Raa….Randy…!!!” jeritan mamah membangunkanku, aku terkejut melihat mamah histeris sambil menangis seperti itu. Ku lihat jam masih jam 03.00 am. “kenapa Randy mah?” setengah sadar aku bertanya pada mamah. “Randy kecelakaan Ra,sekarang dia kritis di rumah sakit!!”. Mamah semakin histeris. Air mataku tiba-tiba jatuh sangat deras. Dadaku sangat sesak.
            Di rumah sakit aku melihat Randy terbaring dengan darah dimana-mana. Hatiku menjerit melihat Randy tak berdaya seperti ini. Aku tak tega melihatnya, aku berlari ke luar ruangan untuk menenangkan diri. Ketika sampai di koridor yang lain, aku melihat wanita yang tak asing bagiku. Ku ingat-ingat lagi wajah wanita itu. ya tidak salah lagi dia wanita yang saat itu ku lihat bersama Raihan. Saat itu Raihan tiba-tiba menghilang, tidak ada kabar darinya. Padahal saatitu adalah masa kelam di hidupkaku,saat itu aku benar-benar membutuhkan Raihan. 3 bulan kemudian aku melihat Raihan bersama wanita itu di salah satu mall mereka terlihat sangat bahagia, ketika hatiku hancur melihat mereka berdua.
            Wanita tersebut tersenyum melihatku, aku hanya diam ketika dia menghampiriku. “hei elu Rara kan?” suarang serak, matanya tidak kalah sembab dengan mataku saat ini. Sepertinya dia sama sepertiku. “iyaa,elu yang pernah gue lihat di mall sama Raihan kan?” aku bertanya untuk memastikan bahwa dugaan ku memang benar. “iya Ra…” aku terkejut “perkenalkan gue Diana kaka kandungnya Raihan” dia mengulurkan tangannya, ku sambut uluran tangannya mataku masi terbelalak mendengar ucapannya. Berarti selama ini aku salah paham pada Raihan. “ikut gue bentar, ada yang mau gue kasih tau sam elu” Diana menarik tanganku.
            Kami berhenti di sebuah kamar, sebelum masuk Diana menyuruhku untuk duduk terlebih dahulu. “Ada apa? Siapa yang di dalam kamar ini?” aku penasaran apa yang akan ku ketahui ini pasti menyangkut Raihan. “Raihan sakit Ra!..” tiba-tiba Diana menangis ketika mengatakan itu “Jantungnya bermasalah,satu-satunya cara untuk nyembuhin dia adalah orang yang mau donorin jantungnya buat dia Ra. Lu tau dia ninggalin elu karna dia gamau lu sedih ngeliat keadaan dia. Tapi hal itu malah ngebuat Raihan kacau,makanya gue ajak dia pergi ke mall untuk ngehibur dia, eh kita malah ketemu, dan elu salah paham jadinya” aku terdiam air mataku menetes lagi. Cepat ku buka pintu kamarnya. Ku temukan Raihan terbaring lemah, wajahnya sangat pucat, badannya kurus sekali. Ku hampiri dia, ku gengam tangannya. Dia terbangun, terkejut melihatku berada disampingnya sambil menangis. “maafin aku rey,ternyata bukan kamu yang ninggalin aku, tapi aku yang ninggalin kamu,, aku menyesal Rey” dia tersenyum “gapapa kok Ra, aku gapernah berfikir kamu ninggalin aku kok, karna kamu selalu ada disini” Raihan menunjuk dadanya sebelah kiri.
            Tiba-tiba handphone ku berdering, mamah menelponku “kamu dimana?cepaaat kesini Ra,Randy kritis lagi” secepat kilat aku meninggalkan ruangan itu, aku berlari di koridor. Lalu ku buka kamar tempat Randy berada. Ku pegang tangannya erat, dia melihatku “maafin aku Ra kamu salah paham,sore itu aku nenangin Yona yang mencoba bunuh diri ketika dia tau kita pacaran” ucap Randy sangat berat ku lihat “udah Ran jangan mikirin yang lain, maafin aku juga udah salah paham sama kamu harusnya aku percaya sama kamu Ran,sekarang kamu harus tetap bertahan demi aku, aku mohon” air mataku mengalir deras di pipiku. Randy tersenyum dan berusaha mengusap air mataku “aku ingin kamu tetap kuat apapun yang akan terjadi nanti, kamu harus inget dimana pun aku berada kelak,aku akan selalu ada buat kamu Ra” di kecupnya keningku lembut, genggamannya sangat erat, tiba-tiba dia terbatuk, darah yang keluar, dokter bilang mungkin terjadi pendarahan di dadanya. Genggaman Randy melemah, di saat itupun aku diminta keluar dari ruangan. Ku lihat wajahnya sekilas dia tersenyum sangat indah padaku, iya itu senyuman terakhir Randy karena dokter keluar dan berkata bahwa nyawa Randy tak bisa di selamat kan, dia mengalami pendarahan sangat hebat di dadanya. Badanku terasa sangat lemas mendengar itu semua. Air mataku semakin deras aku begitu bersalah saat itu, kalau saja aku percaya pada Randy, mungkin Randy tidak akan seperti ini.
Senyumanmu yang membawa mu padaku,
dan senyumanmu pula yang membawamu pergi dariku.
***
            1 bulan kemudian keadaan berubah drastis, teman-temanku sudah tau siapa aku. Mereka tidap pernah meremehkan aku lagi. Aku terkenal di sekolahku,dan hatiku mulai membaik, kata-kata terakhir Randy yang menguatkanku, dan sekarang disinilah aku, dilapangan dengan penonton yang bersorak-sorak ya aku sukses membawa sekolahku ke final. Aku berjuang demi Randy, Randy yang membawaku kembali kesini aku hanya tinggal menyelesaikannya saja. Point sudah menunjukan 24-23 untuk sekolahku tinggal satu poin saja aku akan menang.
“Rara kamu pasti bisa!” teriak seseorang di bangku penonton, ku lirik sekilas. Raihan, dia datang kesini? Aku tersenyum lebar, seperti ada kekuatan baru padaku kali ini bukan hanya Raihan datang untuk menontonku, tapi cara Raihan menyemangatiku seperti Randy dulu.
            Mereka pun servis. Di terima oleh temanku, ningrum mengumpan padaku dan smashan ku tak bisa di ambil oleh lawan. Kami pun menang. Pak Bayu sangat senang karena baru kali ini sekolahku mendapatkan juara I di kejuaraan antar sekolah ini
***
            “selamat ya Ra” Raihan tiba-tiba menghampiriku yang sedang duduk di samping makam Randy. Ketika pemberian hadiah aku langsung pergi kesini, seperti biasa ku ceritakan semuanya pada Randy lebih tepatnya makam Randy. “kamu kok ada disini rey?” tanyaku padanya “detakan jantung Randy yang membawa kesini Ra” aku tidak mengerti apa yang dikatakan Raihan. Seakan mengerti Raihan menceritakan semuanya.Ternyata Randy mendonorkan  jantungnya untuk Raihan. Dokter merahasiakannya dariku karena itu permintaan Randy.
            “Kamu tau Ra detakannya sangat kuat ketika aku melihatmu. Sangat besar cinta Randy padamu Ra.” Jelas Raihan yang membuatku meneteskan air mata. “Jangan nangis Ra! Sakit banget nih jantung ngeliat kamu nangis kaya gitu!” Raihan tersenyum, aku tahu dia sedang menggoda saat ini. Aku memeluknya erat, ku rasakan detakan jantungnya, mirip dengan detakan jantung Randy. “Aku tidak akan melepaskannya, apapun yang terjadi” batinku
TAMAT

Senin, 23 Desember 2013

Landsky Part IV



“….. Rara XII IPA III oke itulah Sembilan pemain yang terpilih,bagi kalian yang tadi saya panggil harap hadir besok untuk latihan kembali” begitulah kira-kira kalimat terakhir Pak Bayu. Yang membuatku terlonjak kaget ketika namaku disebut. Ternyata dugaanku kali ini salah, tidak ada diskriminasi disini.
            “Raraaaa… tunggu!!” panggil Randy. “selamat ya,gue bilang juga apa lu pasti bisa” sambung Randy dengan oh Tuhan senyuman itu lagi. “makasih ya Ran” hanya itu yang bisa ku ucapkan,mataku masih tertuju pada segaris senyum yang selalu membuat jantungku tidak stabil. “besok elu gaperlu bawa motor,gue yang jemput elu ya?” okey kali ini Randy berhasil ngebuat jantungku tambah ga stabil. “hah lu seriusan Ran?emang lu tau rumah gue?” seakan tersadar dari lamunanku,Randy tertawa kecil “serius dong,maka dari itu gue mau minta nomer handphone elu,biar nanti elu bisa ngirim alamat rumah lu sama gue!okey?” shiiit! Saat itu aku merasa seperti orang bodoh,ya aku masih terlarut dengan khayalanku sehingga membuat aku ngaco seperti ini. Aku pun memberikan nomor handphone ku dan kami pun berlalu.
***
            Suara bel rumahku pun berbunyi, “Randy” batinku. Aku pun berlari membuat mamah terheran-heran melihat tingkahku “Raraa awas jatuuuh” teriak mamah. Seakan tak menghiraukan teriakan mamah aku pun tetap berlari dan membuka pintu, “hei Ran,kamu ga kecepetan nih jemput aaa..kuu” mataku terbelalak,tenggorokanku membeku,jantungku berdetak kencang tapi bukan seperti ketika aku melihat senyuman Randy ini detakan yang lain, detakan yang dulu selalu membuat aku nyaman,detakan yang dulu pernah juga menghancurkanku.
            “hei Ra” pria itu menyapaku dengan senyuman yang tidak asing dimataku. “Raihan?ngapain kamu disini?” Entah kenapa waktu seperti kembali ke masa lalu. Ke masa indah tapi endingnya tak seindah yang ku harapkan.
            “bisa ga aku masuk dulu Ra?” jawab sosok yang ada di hadapanku dengan entengnya. Akupun membuka pintu dan mempersilahkan dia masuk.
            “pertanyaan gue belom elu jawab!” seolah tersadar dari khayalanku.
            “aku mau minta maaf Ra sama kamu,uda ninggalin kamu gitu aja aku nyesel uda ngancurin semuanya,akuuu….”. “CUKUUP RAIHAN!..” belum sempat Raihan melanjutkan ucapannya, entah kenapa kepalaku sudah pusing mendengar semua itu. Dia membuka kembali lubang besar yang sudah susah payah ku tutupi.
            “….pergi dari sini!!dengan lu ga muncul lagi di hadapan gue itu uda cukup buat gue maafin elu!!sekarang sebaiknya lu pergi Raihan!!!” air mataku menetes tanpa ku sadari. Entah kekuatan darimana aku bisa berbicara seperti itu kepada sosok yang selama ini selalu ku rindukan.
            Raihan menatapku dengan tatapan nanar. Membuatku tak tega melihatnya seperti itu. aku masih menangis. Ku lihat Raihan sekali lagi dan ooh dia meneteskan air mata. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Raihan bangkit dan berlalu dengan langkah gontai. Tanpa ku sadari Randy sudah ada di depan pintu rumahku,membuat mereka sempat berhadapan sebelum Raihan berlalu.
            “Raraa,kamu gapapa?” Tanya Randy dengan nada khawatir. Aku berusaha mengusap air mata yang tadi menetes deras di pipiku. “ga kok Ran,aku gapapa. Ran bisa ga kamu nemenin aku ke suatu tempat?gapapa kan kalo hari ini kita ga ikut latihan?” Randy pun mengangguk,dan mengambi handphonenya untuk memberitahu pak Bayu kalo hari ini kami tidak dapat hadir.
***
            “oooh gitu ceritanya. Udah dong Ra jangan sedih gitu gue jadi bingung harus gimana” Randy berusaha menguatkanku. “iya Ran makasih. Dengan lu ada di samping gue kaya gini juga uda cukup kok” JEGEEER entah mungkin karena akibat suasana hatiku yang sedang kacau atau aku pun tak tahu, tiba-tiba mulutku melontarkan kalimat itu. Randy kini menatapku bingung,dan lalu dia tersenyum sangat indah. “ups sory Ran”. aku hanya bisa menunduk “gapapa kok Ra,aku seneng kok kalo dengan kehadiran aku bisa ngebuat kamu tenang aku akan selalu ada buat kamu” aku terkejut mendengar ucapan Randy. Kini kami saling menatap dan tiba-tiba kepala Randy semakin mendekat. Mata ku terpejam aku hanya bisa diam ketika Randy mengecup lembut keningku.
            “Ra aku tau ini mungkin bukan saat yang tepat untuk ngucapin ini,tapi aku udah gabisa nahan perasaan aku sendiri,kamu mau ga jadi milik aku seutuhnya?” aku sangat terkejut mendengar itu. aku tidak tahu apakah aku harus senang atau malah sebaliknya.ku palingkan sejenak mataku kelangit ku pejamkan,ku rasakan angin meniup lembut wajahku,lalu kembali menatap Randy dan menganggukan kepalaku tanda setuju. Saat itu Randy tersenyum sangat manis,dan dia pun memelukku erat dan membisikan sebuah kalimat yang membuatku memeluknya “aku ga akan pernah ngecewain kamu Ra,aku akan terus ada buat kamu dimana pun aku berada kelak”
            Entah mengapa aku menerima kehadiran sosok baru di hidupku,ketika sosok lama belum pernah bisa ku lupakan. Keyakinan ku pada Randy yang membuatku yakin bahwa Randy tidak akan menyakitiku seperti Raihan. SHIT!!setiap aku menyebut namanya bayangan masa lalu semakin dekat. Luka lama semakin membayangiku. Tapi Randy mampu  menutupi sedikit demi sedikit lubang yang pernah Raihan buat padaku. Aku bahagia. Aku berharap kebahagian ini akan abadi.selamanya…
Bersambung….