Kenangan, apa arti sebuah
kenangan dalam kehidupanmu?moment yang takan mungkin kau lupakan, bukan? Moment yang selalu
terlintas dalam hidupmu. Tapi,bagaimana jika kenangan itu menghilang tanpa bisa
kau tahan, kenangan itu tidak bisa kau ingat, sekalipun kau sudah berusaha
untuk bisa mengingatnya. Tapi kenangan itu seperti hilang di telan oleh bumi,
tak bisa lagi kau rasakan getaran-getaran saat mengingat kenangan itu, tak bisa
lagi kau tersenyum saat mengingat kembali kenangan itu, dan mungkin orang yang
ada bersama kenangan itu juga hilang dari ingatanmu
Orang
yang ku cintai….
***
Namaku
Keina Clarista, 20 tahun, mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di kota
yang jauh dari tempat aku tinggal. Ayahku bekerja di sebuah perusahaan, ibuku
adalah ibu rumah tangga yang baik. Aku mempunyai adik laki-laki bernama Kenan
Wijaya yang masih duduk di bangku SMA. Aku mempunyai tetangga yang sangat
menyukai bunga indah berwarna ungu yang
pernah ku tanyakan pada ibuku apa nama bunga tersebut, “itu Anggrek,Kei” sambil tetap tersenyum khas seorang ibu.
“suatu saat Kei mau punya taman yang penuh sama bunga itu mah” kataku
bersemangat. Seperti itulah ingatanku saat itu, saat dimana aku belum mempunyai
penghapus di dalam otakku. Begitulah aku menyebut nama sebuah penyakit yang
tanpa bisa ku tahan seenaknya menghapus semua memori di dalam otakku, menghapus
semua kenangan yang pernah kulewati bersamanya,yah bersamanya. Jika aku bisa
meminta satu permintaan saja, aku hanya meminta waktu berhenti saat ini juga. Aku
sangat takut, untuk setiap detik yang ku lewati. aku taku saat itu tiba. Saat
dimana aku tidak bisa mengenalnya, atau mungkin saat dimana aku benar-benar
tidak bisa mengingatnya lagi. ketika saat itu tiba, aku hanya ingin kau tahu,
aku Keina Clarista selalu mencintaimu, selalu mengingat semua kenangan
bersamamu, jangan salahkan aku, aku tidak pernah berniat menyakitimu karena aku
melupakanmu. Ini bukan mauku, cukup dengan kau percaya aku selalu mencintaimu…
***
“mah...papah
marah sama Kei?” isakku. Ibuku hanya diam, aku memeluknya erat. “maafin Kei
mah”. Aku berjalan gontai ke kamar. ini salahku, seharusnya aku tidak boleh
mempercayai seorang laki-laki seperti ini. seharusnya aku tidak mencintai
seorang pengusaha terkenal yang baru ku ketahui statusnya sudah bertunangan
ketika tangan seorang perempuan mendarat di pipi kiriku di depan banyak kamera.
Sekarang, beginilah akibatnya, orang-orang menyangka aku perempuan penggoda
pengusaha-pengusaha terkenal. Bukan hanya aku, tapi keluargaku pun terkena dampak
dari kesalahanku yang sangat memalukan ini.”papah akan sangat kecewa padamu
kei, seharusnya kau tidak mudah percaya dengan lelaki sepeti itu !”. “cukup Ken!! Kei kamu istirahat sana”, dengan seyumannya yang
khas, tetapi itu semakin membuat rasa penyesalanku semakin besar, adikku benar
ayah akan sangat kecewa.
***
“Lihat gedung-gedung ini,
terlihat berubah ketika terakhir kita melewati ini berdua”suara lembut, dan
senyum yang khas seorang ayah sambil menunjuk jejeran gedung-gedung yang ada di
sepanjang jalan. Seketika aku mengingat kenangan bersama ayah saat berada
seperti ini dengan waktu yang berbeda. Tiga tahun sudah ku tinggalkan kota ini,
termasuk keluargaku untuk melanjutkan kuliah di luar kota, dan ketika aku
kembali bukan hanya gedung-gedung ini yang berbeda, tetapi aku, keadaanku.
“bukannya seharusya papah marah sama Kei?”. Hati-hati aku bertanya. Dia
melirikku sebentar, lalu fokus kembali pada jalan “hei, untuk apa papah marah
dengan apa yang sudah terjadi? Kei masih putri kecil papah yang lucu dan
menggemaskan, Kei gapernah berubah dimata papah”. Air mataku menetes, aku
terharu. “tapi putri kecil papah ini baru saja dibohongi oleh lelaki
seperti papah”. Kita berdua pun tertawa.
Aku sedang menemani ayahku untuk
mengunjungi sebuah proyek yang sedang dibangun oleh perusahaan ayahku. “mau
ikut ngontrol?”. Seketika ku lihat keadaan diluar, matahari sangat terik, debu dimana-mana “engga pah Kei di mobil aja,
debu-debu itu terlalu banyak untuk Kei lawan”. Ku dengar ayahku tertawa “dasar
perempuan” pintu mobilpun ditutup. Kunyalakan radio untuk membuang rasa
bosanku. Tetapi Radio tidak mampu menahan rasa hausku. Akupun keluar dari
mobil, kulihat ada mini market di sebrang jalan.
Ku lihat minuman yang ku suka,
tinggal satu di dalam kulkas itu, ku percepat langkahku karena ku lihat ada
seorang lelaki yang akan mengambil minuman itu, dan ketika tangan lelaki itu
hampir menyuntuh minumannya, tangan ku dengan cepat mengambil minuman itu,
sehingga membuat jarak aku dan lelaki itu berada sangat dekat. Kita bertatapan
beberapa detik sebelum aku memutuskan untuk meninggalkannya dan pergi ke kasir.
***
“kita
butuh seseorang yang bisa menangani ini semua, mereka kabur dengan uang itu!!”
sejenak aku berfikir, “aku tahu siapa yang bisa” jawabku.
“pah
please, perusahaan Kei butuh orang seperti itu” hening sejenak, karena lawan
bicaraku belum menjawab “iya iya, siang ini papah kirimkan orang,
berhati-hatilah dengannya” terdengar suara tawa ayahku “makasih pah” telpon pun
terputus.
“orangnya
akan datang sebentar ..” belum sempat ku teruskan kata-kataku, tiba-tiba pintu
lift terbuka, dan lelaki itu. Oh tidak, cepat-cepat aku bersembunyi berusaha
untuk tidak terlihat olehnya. Ku lihat lelaki itu sedang berbicara dengan bos
ku dan pergi begitu saja.
Hari
ini sangat melelahkan bagiku, aku berniat untuk membeli sekaleng kopi
kesukaanku. Saat aku sedang menunggu mesin itu memberiku sekaleng kopi yang
kuinginkan, sepersentimeter kaleng kopi hamper menyentuh tanganku, tiba-tiba
ada sebuah tangan yang lebih cepat mengambil kaleng itu. Ketika aku melihat
wajahnya, lelaki yang ku kenal. Ku percepat langkahku agar langkah kami sama,
“mengambil sebuah kaleng kopi dari seorang gadis, sangat tidak sopan” aku tertawa,
ku lihat dia hanya tersenyum “seperti masa lalu, Keina…” ucapku agak ragu
“Keina Clarista” sambil kucoba mengulurkan tanganku padanya. “Raihan..” “Reihan
Ricardo”. Begitulah awal aku mengenalnya. Seperti bangkit dari lubang kegelapan
saat berjabat tangan dengannya. Aku sadar dialah yang ku cari, dialah cahaya
yang menuntunku keluar dari kegelapan, dialah Reihan. Reihan Ricardo.
***
“engga
Kei, pokoknya engga!” ucapku agak keras di akhir kalimat. “tapi kenapa Rei, apa
arti hubungan kita selama ini kalau kamu ga untuk berkomitmen denganku” rengek
Keina, kulihat wajahnya sejenak. Entah kenapa mata itu bisa meluluhkan amarahku
yang biasanya sering memuncak dan tak terkendali. Ku tangkup wajahnya dengan kedua
telapak tanganku, ku tarik pelahan agar wajahnya semakin dekat denganku,
tatapanku tak lepas dari mata indahnya. “aku belum siap Kei” ku kecup bibirnya
perlahan, “tapi ini hanya bertemu dengan kedua orang tuaku Rei” Keina tetap
memaksaku untuk bertemu dengan orang tuanya atau dengan kata lain bosku. Aku
takut ayahnya tidak menyetujui hubunganku dengan Keina. Aku hanya seorang
mandor untuk sekelompok tukang batu di proyeknya. Aku takut kehilangan Keina.
Tiba-tiba orang yang ku kenal dating, dengan istrinya dan seorang anak
laki-laki. “Kei kok mukanya kaget gitu, bukannya kamu yang nyutuh papah kesini”
dia tersenyum pada Keina, matanya sekarang beralih melihatku. Ekspresinya
berubah, sudah ku duga, ini akan sulit.
“Keina
mau ke wc dulu” ku lihat raut wajah Keina, tidak beda jauh denganku. Setelah
kepergian Keina, meja yang sendang kami duduki hening, disitu hanya tinggal
ayah Keina atau dengan kata lain bos ku, istrinya yang sangat ramah terhadapku,
dan adiknya yang baru ku tahu namanya adalah Kenan. Hening, tak ada satu orang
pun yang berani berbicara dalam situasi seperti ini. dentingan sendok dan garpu
pun tidak terdengar. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Sampai ku dengar
Kenan melihat ke arah belakangku dan berteriak “Keina…..!”. cepat ku berbalik,
dan berlari untuk menghampiri tubuh yang sedang terbaring di lantai, ku angkat
cepat dan berlari keluar membawanya sekencang yang ku bisa .
“Reihan” segera ku peluk erat, ku rengkuh
tubuh yang tiba-tiba menyerbuku saat aku memasuki kamar tempat Keina berbaring
tadi. Ayahnya melihat kami berpelukan, ekspresinya menandakan sesuatu yang baik
untuk hubunganku dengan Keina.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar